Cinder-Kai, Scarlet-Wolf, Cress-Thorne, Winter-Jacin |
Hai..
Sebelumnya maafkan saya, bagi semua geng baper The Lunar Chronicles di grup tercinta, saya udah ga tahan buat menuliskan ini..
Belakangan, retelling dongeng lama mulai menjadi salah satu pilihan munculnya ide-ide baru novel jaman kini. Saya nggak akan nyebutin judul-judulnya, lumayan banyak yang berkeliaran di luar pengetahuan saya. Maka, tanpa perpanjang mukaddimah, saya akan membahas seri THE LUNAR CHRONICLES : CINDER - SCARLET - CRESS - WINTER yang baru hari ini saya selesaikan buku terakhirnya.
Saya amat mengapresiasi Penerbit Spring yang telah bekerja keras menerbitkan terjemahan keempat seri ini secara langsung sepanjang tahun 2016. Dan berharap sekali seri ini sukses, karena percayalah, saya amat tidak dikecewakan. Marissa Meyer, penulisnya, yang notabene semacam ahli fanfiksi, telah mengaduk-aduk perasaan saya dengan brilian.
THE LUNAR CHRONICLES bagi saya serasa membaca komik jepang tanpa gambar, begitu kaya, dan sangat entertaining. Bayangkan saja, saya bisa histeris dan baper parah karna kelakuan tokoh-tokohnya, belitan plot, atau kejutan di dalam bukunya. Meskipun banyak hal yang sepertinya sudah bisa ditebak, tetapi pengemasannya sangat juara. Mengambil latar dunia di masa mendatang, dengan teknologi mutakhir, dan world building yang cukup menyenangkan.
Kita mulai dengan CINDER, buku pertama dari seri ini, membawa kisah Cinderella dalam versi masa depan. Tokoh utama kita, Linh Cinder adalah seorang gadis Cyborg yang berprofesi sebagai mekanik ahli. Disini saya udah suka banget, karna gambaran penderitaan Cinder dengan ibu dan dua saudari tirinya dibuat apik. Cinder bukan gadis yang tidak sengaja (atau sengaja gitu..?) melepas sepatu kaca di tangga dan berharap keajaiban ibu peri, tetapi Cinder adalah gadis cyborg yang mempertaruhkan segalanya untuk menyelamatkan Kaisar Kaito, cowok muda naif yang kejatuhan tahta berat dan dipaksa menikahi Ratu Bulan, Levana (Evil Queen-nya loh ini..). Dan di ujung buku, kita malah mengetahui fakta siapa sesungguhnya Cinder. Sayangnya, Cinder tertangkap.
edisi terjemahan oleh penerbit Spring |
Tapi janganlah kecewa, SCARLET, buku keduanya, justru menceritakan keberhasilan Cinder kabur bersama seorang cowok jahil yang memikat, penjahat kelas kakap, Capt.Carswell Thorne (SAYA SUKA BANGET COWOK INI). Namun fokus kita beralih ke Scarlet, kisah gadis bertudung merah yang mencari neneknya yang hilang. Dimana Scarlet bertemu Wolf, cowok srigala mutan (ganteng juga), yang bikin kita meleleh sepanjang perjalanan cerita. Namun harus saya akui, di buku ini romansanya lumayan hype. Dan saya sangat senang ketika akhirnya Scarlet-Wolf bertemu dengan Cinder dan Thorne, untuk membawa mereka ke misi berikutnya.
CRESS, buku ketiga, membawa kita ke level petualangan yang berbeda. Mengambil cerita Rapunzel, Cress adalah seorang gadis kecil imut tapi punya skill mahadewa dalam hal peretasan. Cress dikurung dalam satelit. Dan Cinder membutuhkan Cress, untuk mengalahkan tirani Ratu Bulan. Tetapi misi ini tidak mudah, karena mereka terpisah-pisah. Di buku inilah saya semakin jatuh cinta dengan sosok Thorne, kapten jahil kesayangan. Tapi euforia kita akan dibuat kacau balau karena Bumi dalam bahaya wabah, penyerangan biadab, dan segala macam daya upaya kejam sang Ratu Bulan, membuat Kaisar Kaito terpaksa menyetujui aliansi pernikahan. Yang untungnya dengan sukses digagalkan Cinder dkk, dengan cara menculik kaisar Kai. (See ? Cewek-cewek disini bukan putri-putri manja yang menyerah pada nasib, mereka memperjuangkannya).
Namun jangan kecewa, perjuangan kita akan dibantu oleh WINTER. Di buku keempat dan terakhir seri ini, dengan tebal 900 halaman, kita akan tau, bahwa Snow White, anak tiri Ratu, bukannya tidak berdaya, tetapi dia sangat mempesona dan berbahaya. Bersama pengawalnya, cowok cakep-minta dipeluk, Jacin Clay, Winter membantu usaha Cinder dan yang lainnya.
Segampang itukah ? Tentu tidak. Saya menahan diri untuk tidak menceritakan detail-detail penting. WINTER adalah buku yang berasa banget distopia-nya, sehingga akan sulit untuk mengkotak-kotakkan genre buku ini (meskipun saya tidak terlalu peduli).
Darah, airmata, kengerian, kekejaman, lumayan banyak di buku ini. Jadi jangan bayangkan ini adalah cerita pengantar tidur anak-anak di bawah umur, ini adalah dongeng dewasa rumit yang bisa bikin menjerit-jerit.
Lantas, will they live happily ever after ?
Untunglah Meyer bukan penulis kejam. Dia menyelamatkan hati saya dengan baik, meskipun sudah berasa ter-rollercoaster sampai pusing. Saya berterima kasih, karena seri ini telah membuat hari-hari saya tercerahkan. Super worth-reading.
Dan seri ini mengubah pandangan saya. Cinderella adalah penguasa tahta yang sah, Tudung Merah menyayangi srigalanya, Rapunzel sukses berotak brilian, dan Snow White bukan gadis lemah yang hanya punya kecantikan semata.
Sangat subjektif memang, tetapi saya suka, end of story.
At last, mengutip password favorit saya dalam buku terakhirnya : Kapten adalah Raja.
(Dan anda tau saya mengidolakan cowok yang mana dalam seri ini).
Such a super nice reading. ^^
No comments:
Post a Comment