“...One of the basic rules of the universe is that nothing is perfect.
Perfection simply doesn't exist.....Without imperfection, neither you
nor I would exist...”
- Stephen Hawking -
Membicarakan alam semesta dan antariksa adalah suatu kesenangan dan kekepoan yang tiada habisnya. Topik space travelling adalah pilihan menarik dan menggugah di antara carut marut omongan duniawi lain yang tiada habisnya. Kali ini, saya akan mencurhatkan sebuah seri fiksi-ilmiah lokal dengan judul PENJELAJAH ANTARIKSA karya eyang Djokolelono, yang mana telah komplit dan kelar tujuh buku di awal 2018 ini.
PENJELAJAH ANTARIKSA adalah seri keren karya eyang yang sejatinya pernah terbit di tahun 1980-an sampai buku ketiga dari tujuh yang direncanakan. Memang kalau dilihat-lihat, era tahun segitu adalah era kehebohan perjalanan antariksa, mimpi-mimpi umat manusia untuk menginjak tempat lain di luar Bumi. Hal ini ditunjang oleh kehadiran saga epik STAR WARS episode IV : A NEW HOPE yang muncul di tahun 1977 (saya tim Star Wars, maaf ya geng Star Trek), membuat tren populer mengarah ke hingar bingar perjalanan antariksa.
BENCANA DI PLANET POA adalah buku pertama seri PENJELAJAH ANTARIKSA yang mengisahkan mengenai kaum Terra, keturunan manusia di masa depan yang terpaksa menumpang di sebuah planet bernama Poa karena Bumi yang kita kenal sudah tidak ada. Empat bersaudara, Vied, Veta, Stri, dan Raz harus kehilangan kedua orang tua mereka yang berprofesi sebagai ilmuwan antariksa dalam rangka mencari planet baru yang layak huni. Takdir berkata lain, keempat saudara ini mesti terpisah-pisah akibat bencana natural maupun politik yang menghujani Poa.
Vied, Veta, Stri, dan Raz adalah anak-anak cerdas dan berani. Dalam buku kedua, SEKOCI PENYELAMAT ANTARIKSA, kemampuan mereka masing-masing mulai muncul dan teruji. Menariknya, dalam buku yang cenderung tipis ini, konfliknya terasa epik dan cukup 'berat'. Politik antariksa dalam STARX, kekuasaan, disertai jumlah tokoh yang cukup banyak.
KUNIN BERGOLAK, buku ketiga dalam seri ini mengisahkan munculnya benih-benih pemberontakan di sebuah planet penjara, Kunin. Kunin adalah sebuah planet tanpa teknologi yang menahan para penjahat antariksa berbahaya untuk ditinggalkan menghidupi diri sendiri tanpa kemudahan dan mesti berjuang bersama hukum alam. Memasuki buku ketiga ini, kisah seri PENJELAJAH ANTARIKSA mulai menjadi semakin pelik.
KUDETA PUTERI GRADI, mengisahkan aksi membelot seorang putri yang merupakan diplomat penting dalam perpolitikan di persekutuan STARX. Tentunya hal ini masih melibatkan keempat bersaudara yang kini terpisah-pisah antar planet. Konflik pun semakin meruncing dengan bentrok kepentingan dan kekuasaan.
Lantas dalam KAPTEN RAZ, buku kelima, Raz muncul dengan tidak biasa sebagai karakter utama yang mengambil alih situasi kacau balau di antariksa. Situasi makin rumit karena KUNIN BERGOLAK (LAGI) di buku keenam. Dan kita sudah harap-harap cemas menantikan apakah mereka akan kembali berkumpul lagi.
Teganya, buku 1-6 muncul secara konsisten dengan jarak yang tidak terlalu jauh antara penerbitan satu dan yang lainnya. Namun buku terakhir, PLANET BIRU, munculnya lamaaaa, nyaris dua tahun menanti. Dan setelah menyelesaikan membacanya awal Maret ini, saya, yah, gitu (apasih).
Seri lengkap diterbitkan oleh KPG |
Mengapa seri ini direkomendasikan ?
Pertama : eyang Djoko berani mengambil tema yang jarang diusung dalam dunia penulisan novel fantasi lokal, yakni fiksi ilmiah. Di saat banyak penulis novel fantasi lokal jaman now menelurkan karya-karya berbau young adult romance-fantasy yang banyakan makhluk halus atau setan lelaki impor yang gantengnya dipaksakan (dengan nama-nama tokoh yang wassalam), eyang justru muncul dengan wadah penjelajahan alam semesta mahaluas. Menariknya, seri PENJELAJAH ANTARIKSA hadir dalam tebal buku yang manusiawi tipisnya, dengan konten padat dan mengembang seperti jagad raya. Ditambah lagi eyang menuliskan istilah-istilah dan umpatan yang tidak biasa. Kesannya menjadikan kisah ini punya lingkup sendiri yang disetting dengan apik oleh penulisnya ( Matahari Basah ! Jet Panas ! STARX Cemerlang !)
Kedua : konflik dalam seri ini bukan hanya masalah persaudaraan, tapi politik dan tentunya perebutan kekuasaan. Dan eyang keknya santai aja main hancur-hancurin pesawat, dan menewaskan karakternya, dengan kecepatan yang bikin kita cukup kaget. Menariknya adalah, hukum dasar fisika alam semesta dan ketidaktoleransiannya justru menjadi konklusi kisah yang tidak biasa.
Ketiga : seri ini punya open ending. Tidak mau spoiler sih ya. Tapi saya jarang menemukan seri yang finalitasnya diserahkan kepada pembaca. PENJELAJAH ANTARIKSA meninggalkan kesan demikian. Setelah kita susah payah kesana-kemari antar galaksi dalam tujuh buku, lantas kita tersedot dalam pusaran lubang hitam kemungkinan-kemungkinan tiada batas yang ternyata sudah muncul dalam sedikit prolog di lembar-lembar awal bukunya. Kelihatan tidak berhubungan, ternyata koneksinya ada. Saya sarankan untuk segera membaca, biar bisa diskusi tanpa saya harus merasa bersalah karena spoiler.
Keempat : SAMPUL BUKUNYA JUARA !! Saya harus benar-benar mengapresiasi pewajah sampul seri ini. ilustrator lokal - Oki Dimas Mahendra, yang secara konsisten menampilkan wajah seri PENJELAJAH ANTARIKSA dengan epik dan amat cakep kalau dijejerin maupun ditampilkan perbuku. Ilustrasi kecil di bawah tiap bab juga keren. Dan jelas penerbit KPG sangat konsisten dengan kebagusan tampilan seri ini. Amat collectible dan layak pajang. Juara !!!
Kelima : seri ini layak baca secara internasional. Kenapa ? Karena eyang beneran keluar dunia dalam kisahnya. Baca deh ! (yaiyalah judulnya aja PENJELAJAH ANTARIKSA - lalu yang nulis curhatan ini dibuang ke Uranus)
Nah, namun sekali lagi kembali ke masalah selera. Tidak semua pembaca akan cocok. Seri ini sudah bisa dibaca untuk remaja dan tentunya dewasa. Yang jelas, PENJELAJAH ANTARIKSA mampu menyegarkan bacaan saya di tengah timbunan novel fantasi terjemahan. Dan jelas saya jadi makin respek sama eyang Djokolelono. Bikin buku seru-seru lagi ya eyang !!
Silakan buruburu dikoleksi, gosipnya udah makin langka lho buku-buku awalnya.
“...Look again at that dot. That's here. That's home. That's us. On it
everyone you love, everyone you know, everyone you ever heard of, every
human being who ever was, lived out their lives. The aggregate of our
joy and suffering, thousands of confident religions, ideologies, and
economic doctrines, every hunter and forager, every hero and coward,
every creator and destroyer of civilization, every king and peasant,
every young couple in love, every mother and father, hopeful child,
inventor and explorer, every teacher of morals, every corrupt
politician, every "superstar," every "supreme leader," every saint and
sinner in the history of our species lived there--on a mote of dust
suspended in a sunbeam...”
- Carl Sagan -
No comments:
Post a Comment