"...Quiet is peace. Tranquility. Quiet is turning down the volume knob on life. Silence is pushing the off button. Shutting it down. All of it..."
- Khaled Hosseini -
Sebenarnya, saya punya tumpukan tugas kuliah yang harus diselesaikan dalam dua minggu, sekian paper, sekian presentasi (ciee mahasiswa). Namun, kebiasaan jelek bernama procrastination muncul dan bertahan dengan kece sepanjang akhir minggu pertama menuju deadline. Apa yang saya kerjakan ? Yah, read my fav books. Kembali ke bukunya om King, dengan judul GWENDY'S BUTTON BOX, yang dibuat duet bareng Richard Chizmar.
Apa yang akan anda lakukan kalau punya kekuasaan menghancurkan suatu tempat dengan hanya menekan satu tombol saja ?
Sebenarnya ada beberapa orang di dunia ini yang literally punya kemampuan tersebut. Kita ambil contoh aja Kim Jong Un, bisa jadi beliau bete dan tinggal pencet tombol perintah bom nuklir. Trus saingannya, Donald Trump terpancing dan pencet tombol rudal yang lain. Bisa. Akan tetapi banyak pertimbangan luar biasa yang harus diambil sebelum sekedar mencet tombol dan memulai perang dunia ketiga. Nah, apa jadinya bila kekuasaan memencet tombol ini diberikan ke tangan seorang gadis berumur 12 tahun ?
Gwendy Patterson bertemu dengan Richard Farris, pria dewasa misterius yang tetiba memberikan hadiah berupa 'button box' dengan tombol warna-warni yang bila ditekan maka akan sanggup menghancurkan satu benua, tergantung warna apa yang dipilih. Nonsense ?! Well, this story is different after all.
Dengan ketidakpercayaan, Gwendy kecil menjaga baik-baik kotaknya. Seperti kata Mr.Farris yang misterius, ada harga yang harus dibayar untuk setiap keinginan. Dan Gwendy yang sedang mengalami masalah coming of age, mengalami perubahan dalam hidupnya ke arah yang lebih baik meskipun tetap ada horor yang dirasakan Gwendy tentang si kotak yang tersembunyi.
edisi Amrik |
Apa yang terjadi ketika akhirnya Gwendy memencet tombol ?
Perjalanan hidup Gwendy dari remaja hingga dewasa dituturkan dengan baik dalam novella setebal kurang dari 200 halaman ini. Pilihan-pilihan, konsekuensi, realitas, semuanya menjangkau hari-hari Gwendy yang meragu mana yang terjadi karena kuasa si kotak atau keputusannya sendiri. Pada akhirnya, Gwendy tetaplah yang memiliki keputusan mutlak akan memencet tombol yang mana dan memilih nasibnya sendiri.
Kisah pendek ini tetap membawa pesan moral tersendiri. Mampukah kita menolak atau mengendalikan kekuasaan ketika disodorkan dengan ramah ke tangan kita ? Nah, coba yuk mikir.
Selanjutnya, selamat ulang tahun om Stephen King. Semoga sehat selalu dan gak usah bikin buku baru. Diri ini cukup susah untuk memenuhi wishlist hasil karya beliau yang daftarnya panjang dan berliku. Cukuplah dikasih novel terbarunya THE OUTSIDER gratis sebagai sukuran ultah (siapa kamu, ngarep bener..)
Hail the King |
"...Yes, the world may push your buttons as it passes through your circuitry. But the world does not pass through me. It lingers. I am in it and it is in me. I am the means by which the universe has come to know itself. I am the thing no machine can ever make. I am meaning..."
- Bernard Beckett -
No comments:
Post a Comment