"...We are all connected; To each other, biologically. To the earth, chemically. To the rest of the universe atomically..."
- Neil deGrasse Tyson -
Modul kuliah pertama saya di jenjang pendidikan strata dua ini menyodorkan hal yang disebut sebagai filsafat. Filsafat berasal dari bahasa Yunani (like usual) yang berarti 'cinta pada kebajikan', selain itu juga dapat diartikan sebagai 'ingin mengetahui sedalam-dalamnya'. Maka dari itulah pelajaran ini menarik, meskipun jelas abstrak dan bikin pening, lebih pening dibanding menghitung dosis obat demam untuk bayi.
Lantas urusannya apa dengan filsafat ?
Tenang, saya nggak akan menulis atau berbagi tugas kuliah saya di sini, tapi sebagai pengantar, saya rasa filsafat memang suitable mewakili keingintahuan tiada habis umat manusia tentang berbagai jenis keilmuan. Ujung-ujungnya selalu masalah dari mana, untuk apa, mau kemana kita akan dibawa dalam jagad raya mahaluas ini.
Beberapa waktu lalu, akong Shandy menginformasikan buku terbitan GPU berjudul ASTROFISIKA UNTUK ORANG SIBUK karya Neil deGrasse Tyson. Judulnya menarik dan bukunya tipis, ditambah lagi saya memang menyukai urusan antariksa, meskipun cita-cita sebagai astronot sudah tidak masuk di akal bagi saya yang uzur dan berukuran seadanya tapi tembam tak terkira. Langit di luar sana selalu menarik. Dan om Tyson merangkum poin-poin singkat tentang seberapa banyak yang sudah kita ketahui, mulai dari the Big Bang theory, fisika kuantum, sampai ketidakfaedahan bersikap sombong.
ASTROFISIKA UNTUK ORANG SIBUK ini lebih ringan dibandingkan dengan buku-buku serupa yang lain. Sebut saja KOSMOS-nya Carl Sagan (sudah diterjemahkan, sana baca, bagus lho, curhatannya di sini), atau buku-buku bikinan mendiang Stephen Hawking (ada juga ini curhatannya). Om Tyson lebih kocak dan baik hati. Beliau tidak menyodorkan rumus-rumus fisika jelimet itu dalam tulisannya, dan buku ini bisa dibaca cukup menyenangkan tanpa membuat kepala sakit. Tebalnya juga tidak sampai 200 halaman.
Om Tyson menghadirkan kumpulan fakta-fakta kosmik tentang alam semesta yang berubah dan mengembang, apa yang terlihat dan tidak terlihat, dan bagaimana Bimasakti hanya sebuah galaksi. Asal-usul terminologis pun diberitakan dalam buku ini. Saya terus terang baru tau kalau galaksi berasal dari kata galactica yang diartikan sebagai tumpahan susu (masih dalam bahasa Yunani), dimana ilmuwan terdahulu melihat galaksi tetangga (bisa jadi Andromeda) sebagai semacam kabut putih terserak di latar langit hitam. Bagaimana asal-usul penamaan bulan-bulannya Neptunus, Jupiter yang menjadi kakak besarnya Bumi, serta sebukan quark dalam pecahan proton. Supermakro sampai supermikro.
Edisi terjemahan oleh Gramedia Pustaka Utama |
Bab yang menjadi favorit saya adalah bab terakhir dalam buku ini, kebetulan saya cuil untuk dijadikan judul tulisan. Apa gunanya kita bersusah payah menghabiskan segala daya dan upaya untuk mempelajari alam semesta ini ? Kenapa kita nggak bobo-bobo cantik di rumah atau lanjut ribut di jagad media sosial saja ?
Selama hidup kita yang singkat di planet Bumi, kita punya utang kesempatan menjelajah kepada diri sendiri dan keturunan kita - sebagian karena itu asyik dilakukan. Namun ada alasan yang lebih mulia. Pada hari ketika pengetahuan kita mengenai jagad raya berhenti berkembang, kita berisiko mundur ke pandangan kekanak-kanakan bahwa alam semesta berputar(secara harfiah dan kiasan) di sekeliling kita. Dalam dunia suram itu, negara dan bangsa bersenjata dan haus sumber daya bisa saja bertindak berdasarkan "prasangka rendah". Itu akan menjadi batas akhir pencerahan manusia - sampai terjadi kebangkitan suatu budaya baru revolusioner yang dapat kembali menerima, bukan takut pada sudut pandang kosmik. (hal.144)
Feeling something?
Sudah saatnya kita kembali menurunkan ego dan belajar terus menerus untuk tidak merasa jadi pusat jagad raya. Kita bukan apa-apa, tapi tentunya alangkah lebih baik bagi kita yang bukan apa-apa ini untuk terus memperbaiki dan mencari kebenaran yang tidak terlihat mata seperti sinar gamma.
Terjemahannya bagus. Terima kasih untuk buku menarik ini. Yuk baca.
“...Two things are infinite: the universe and human stupidity; and I'm not sure about the universe...”
- Albert Einstein -
No comments:
Post a Comment