“...In the street, at a café, on the bus, a person’s face can tell a story,
like a crystal ball that reveals the past. Happy or long-lost loves,
births, hopes and victories, successes interwoven with twists of fate...”
- Anne Berest -
Apa jadinya kalau om Stephen King nulis romansa?
Epik. Brutal. Gak ada happy ending.
Baiklah, melanjutkan perjalanan saya terseok-seok ke Menara dalam menemukan entah apa, kali ini saya sudah setengah jalan. THE DARK TOWER IV: WIZARD AND GLASS menjadi buku selanjutnya dalam semesta menara gelap yang akan saya curhatkan di sini. Sebelumnya, soal perjalanan ini saya sudah ributkan di sini dan di sana.
Roland Deschain dan ka-tet nya, Eddie Dean, Susannah Dean, Jack Chambers, serta Oy akhirnya meneruskan perjalanan semakin mendekati Dark Tower dalam kereta maut, Blain the Mono. Keributan di novel ketiganya, THE WASTE LANDS dituntaskan diparuh pertama buku ini. Dengan kegokilannya, Eddie Dean berhasil mempecundangi si kereta. Maka mendaratlah mereka di Topeka, Kansas dengan selamat meskipun energi terkuras habis.
Namun, suatu struktur bangunan misterius muncul di tengah kota, terlihat dari kejauhan. Istana kaca kehijauan menjulang indah. Nah lho, apa pulak ini. Sabar, fokus kisah ini dibawa dulu ke curhat Roland soal masa lalunya bersama geng ka-tet-nya yang lama, Cuthbert Allgood dan Alain Johns. Kita dibawa kembali ke kisah misi pertama trio ini ke sebuah kota bernama Hambry, di daerah bernama Mejis.
Romansa bergulir antara Roland dan gadis lokal bernama Susan Delgado. Pelik coy, karena si Susan mau dinikahkan sama wali kota, pria tua kegatelan yang ga punya anak. Keributan romansa ini dibikin makin jelimet dengan kehadiran penyihir lokal, Rhea dan sebuah bola kristal merah jambu yang mampu memata-matai semua orang. Ditambah lagi kehadiran bibit kejahatan dan pemberontakan yang dipimpin oleh seorang gunslinger pengkhianat. Di flashback ini saya kepincut berat sama Cuthbert yang sarkas menghibur dan Alain yang tenaaaang banget. Kita tentunya udah tau kalau mereka berdua sudah tiada di timeline Roland saat ini. Saya agak nggak sanggup membayangkan peristiwa menyedihkan apa yang merenggut keduanya.
Kita dibawa dengan alur kisah yang lambat merayap. Namun pemahaman kita makin lama makin terbuka. Sama halnya dengan pemahaman Eddie, Susannah, dan Jack soal urusan Dark Tower ini. Roland bercerita dengan detail, seolah 'memanipulasi waktu', dan membuat kita perlahan-lahan paham. Ini saga ngapain sebenarnya.
Bola kristal merah jambu sialan inilah salah satu artefak petaka yang bikin susah. Asal usulnya dipaparkan bikin saya 'OMG'. Romansa Roland dan Susan berakhir tragis. Tragis banget sampai saya, dih, udahlah ya. Si om ga usah nulis kisah cinta deh, empet saya tuh.
Ini edisi yang saya miliki, manis bat warnanya |
Paska penuturan kisah tragis ini, ka-tet Roland yang baru akhirnya mengerti semakin dalam apa yang terjadi pada sang gunslinger di masa awal kehidupan pengelanaannya dan kenapa mereka harus berurusan dengan menara gelap sialan ini. Masalah selanjutnya adalah Istana Kaca misterius di hadapan. Damn Sir! You're damn genius!
Pernah baca atau nonton The Wizard of Oz? Kisah gadis kecil bernama Dorothy Gale yang mendarat di negeri penyihir Oz dan berusaha kembali ke Kansas?
Sintingnya si om, di sinilah Roland dkk dibawa. Lengkap sama sepatu merahnya. Tjih. Dan guess what, seorang tokoh lejen dari beraneka bukunya om King muncul di bagian ini. Bikin saya histerikal emosian.
Ngapain di istana itu? Baca deh. Bener-bener yaaa. Pingin tabok.
Setidaknya WIZARD AND GLASS berakhir dengan jeda petualangan yang tidak menggantung dan bisa bikin kita istirahat sejenak sebelum melanjutkan setengah perjalanan lagi menuju Dark Tower, pusat multisemesta ini.
Pesan moral: cinta membutakan dan berbahaya.
Tarik napas dulu sebelum ngumpulin remah-remah beli buku selanjutnya. Sungguh perjalanan panjang. But it's worth it!
“...True love, like any other strong and addicting drug, is boring — once
the tale of encounter and discovery is told, kisses quickly grow stale
and caresses tiresome… except, of course, to those who share the kisses,
who give and take the caresses while every sound and color of the world
seems to deepen and brighten around them. As with any other strong
drug, true first love is really only interesting to those who have
become its prisoners.
And, as is true of any other strong and addicting drug, true first love is dangerous...”
And, as is true of any other strong and addicting drug, true first love is dangerous...”
- Stephen King -
No comments:
Post a Comment