January 8, 2022

Geliat Dedaunan Aspidistra (Keep the Aspidistra Flying - George Orwell)

 “...Money can't buy happiness, but it can make you awfully comfortable while you're being miserable...”

- Clare Boothe Luce -

 

image courtesy: BBC gardener

Uang sudah menjadi identitas baru manusia, bukan hanya sekadar alat tukar. Di tengah bentuknya yang beragam mulai dari koin sampai kripto, si uang sudah menjelajah lebih jauh menukar harga kemanusiaan itu sendiri. Diakui atau tidak, kegiatan harian kita berputar pada upaya menghasilkan dan menghabiskan uang. Detik ini juga.

Lantas bagaimana bila ada individu yang terang-terangan menolak kuasa uang?

Gordon Comstock, seorang penyair usia tigapuluhan yang hidup dalam kemelaratan di kota London sekitar tahun 1930 an setelah Perang Dunia I berakhir, memiliki idealisme tidak realistis melawan uang dan kuasa kapitalisme. Di tengah profesinya sebagai penjaga toko buku kumuh di pinggiran London yang hidup berperang dalam kepala sendiri terkait penolakan kuasa uang versus kebutuhan hidup layak, Gordon tak bosan menyiksa diri dalam kesombongan penyair kelas teri yang punya harga diri ketinggian.

Digambarkan dengan bahasa yang tidak bertele-tele dan cukup bikin emosi, Orwell mengajak kita melihat situasi kehidupan kelas menengah ke bawah di London jaman itu. Aspidistra, tanaman dedaunan hias dalam pot, menjadi salah satu perlambang 'kebuntuan' hidup warga kelas menengah. Hidup sekadar hidup. Namun segan mati. Hanya mempertahankan gengsi yang tak mampu membeli kelayakan sandang pangan.

KEEP THE ASPIDISTRA FLYING yang diterjemahkan oleh Anton Kurnia dan diterbitkan oleh Penerbit Bentang untuk edisi Indonesianya di akhir 2021 lalu ini, aslinya rilis tahun 1936 di London sana. Sekian dekade sebelum mahakarya sukses Orwell yang tersohor, ANIMAL FARM dan 1984. Novel terjemahan yang baru saya tuntaskan ini tidak terlalu tebal, hanya sekitar 400 halaman. Narasinya cukup enak (atau bisa jadi ini subjektif karena saya sudah terbiasa), dengan kemuakan yang tidak ditutup-tutupi oleh si tokoh utama, Gordon, terhadap uang.

Yang sangat menjengkelkan saya, terlepas dari urusan kapitalisme, sosialisme, dan segala kritik terkait sistem kehidupan masyarakat ini, bahwa gambaran keangkuhan manusia dalam wujud Gordon yang menyusahkan orang lain karena idealismenya. Entah itu keluarga, entah itu kekasih, maupun teman. Idealisme yang dipaksakan oleh Gordon membuat isi kepalanya terkesan sempit dan tidak fleksibel. Dia benci uang, tapi senang bukan main ketika dapat uang. Korslet memang ni orang.

Edisi terjemahan oleh Bentang Pustaka

 

Namun, ada beberapa narasi isi pikiran Gordon yang mungkin juga sesuai dengan kenyataan (padahal ini udah sekian puluh tahun lalu bukunya). Gordon membatin bahwa pemujaan terhadap uang telah menjadi satu-satunya 'agama yang tersisa'. Tidak ada lagi baik dan buruk. Kuasa uang begitu terasa. Di sisi lain, orang kaya memang tidak pernah bisa merasakan sepenuhnya kehidupan orang miskin, meskipun mereka berpura-pura (digambarkan dalam tokoh Ravelston, sahabat Gordon yang simpatik). Menurut Gordon, tidak ada orang kaya yang berhasil menyamar sebagai orang miskin; karena kuasa uang seperti pembunuhan, selalu akan ketahuan. Mau tidak mau saya cukup setuju dengan pendapat Gordon ini.

Sesuai dengan judulnya, KEEP THE ASPIDISTRA FLYING menggambarkan secara simbolik maupun gamblang tentang kehidupan manusia idealis yang bertahan hidup seperti geliat dedaunan aspidistra. Tidak mati, masih punya sisa tenaga, tapi tidak ada indah-indahnya. Aspidistra sendiri memang jenis dedaunan yang cukup mampu bertahan di situasi penuh polusi dan ketidaklayakan, serta memang sering dijadikan semacam tanaman hias wajib warga kelas menengah jaman itu. Pertanyaan selanjutnya, seberapa lama Gordon dan aspidistra ini akan bertahan?

"Peradaban kita didirikan di atas keserakahan dan ketakutan, tetapi dalam kehidupan manusia biasa, keserakahan dan ketakutan secara misterius diubah menjadi sesuatu yang mulia."

Upaya saya menyelesaikan novel ini melibatkan rasa ingin mengguncang keras-keras  Gordon supaya lebih realistis. Seperti melihat Holden dalam wujud dewasa yang hobi marah-marahnya tak berkesudahan, tak ada penyelesaian. Kubangan idealismenya menyesakkan. Kebenarannya memang ada, tapi terus mau apa? Ahahaha. Jenis bacaan yang menggugah emosi sekaligus mengajak berpikir di beraneka hal. Entah itu idealisme, kapitalisme, sosialisme, atau malah urusan budaya.

KEEP THE ASPIDISTRA FLYING adalah novel yang mungkin dapat dibaca oleh penikmat karya Orwell, mungkin tidak sebombastis 1984 atau ANIMAL FARM, tetapi cukup penting mengikuti upaya kritis Orwell dalam angan-angan yang dituangkan jadi tulisan jauh sebelum novel satirik dan distopianya hadir. Bagi pembaca non Orwellian jelas novel ini dapat menarik minat terutama dalam urusan kritik sosial dan kemanusiaan. Dan, ini bukan tipikal novel dramatis pengusung adrenalin, tidak romantis, tidak juga berjalan dalam plot pahlawan versus orang jahat terstandar. Tidak. Ini keributan manusia tunggal dengan idealisme kebangetan, harga diri ketinggian, tetapi harus menyerah kalah pada sistem. Pada akhirnya, realitaslah yang selalu menang. Harus dihadapi. Suka tidak suka.

Berat? Entah ya. Subjektif. Yang mau coba icip-icip bisa jadi kaget, bisa bosan, atau malah terbawa emosi. Saya pribadi sudah bergerak ke arah pendapat bahwa pengalaman membaca itu personal. Bisa oke di saya, tidak oke di kamu. Oke banget di kamu, tidak menggugah di saya. Sesederhana itu. Yang jelas bahasanya cukup simpel. Namun tidak ada salahnya mencoba bukan?

Oiya ini untuk pembaca dewasa ya. 17+ lah. Edisi terjemahannya oke dan tidak menjengkelkan. Meskipun jelas si Gordon luarbiasa bikin jengkel. Kayak aspidistra yang hidup segan mati tak mau, lalu sibuk merutuki ketidakadilan dunia, entah dalam diam, entah dalam upaya-upaya non realistis yang memabukkan. Literally or figuratively. Apakah kita juga demikian?


“...This life we live nowadays. It's not life, it's stagnation death-in-life. Look at all these bloody houses and the meaningless people inside them. Sometimes I think we're all corpses. Just rotting upright...”

- George Orwell -


2 comments:

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...