“Reality provides us with facts so romantic that imagination itself could add nothing to them.”
- Jules Verne -
Setelah memiliki ketertarikan terhadap genre klasik, pasca Poe dan Lovecraft, saya akhirnya melipir ke penulis klasik ternama lainnya, yakni Jules Gabriel Verne. Penulis asal Prancis yang hidup tahun 1828-1905 ini dikenal sebagai dedengkot aliran fiksi ilmiah yang telah mempengaruhi banyak penulis setelah dirinya. Nah, suatu ketika, saya mencoba peruntungan menerjemahkan buku beliau, namun seperti yang sudah disangka, saya gagal. Mungkin karena kaku dan memang bahasa klasik lebih sulit dibandingkan buku biasa.
Buku apakah itu ?
Dengan judul THE CASTLE OF THE CARPATHIANS, Verne hadir dengan kisah mengenai takhayul tentang sebuah kastil tua terbengkalai milik bangsawan Baron de Gortz, di dekat desa Werst, Transylvania. Kisah kastil Carpathia ini disinyalir telah menginspirasi Bram Stoker dalam penulisan novel DRACULA (sudah saya nyinyirin disini). Lantas apa yang menarik dalam kisah bikinan Verne ini ?
Dalam THE CASTLE OF THE CARPATHIANS, Verne mengambarkan deskripsi alam dan pegunungan Retzeyat, plato Orgal, keindahan pedesaan di pedalaman Transylvania dengan sangat rinci. Kita nyaris bisa merasakan keindahan tempat terpencil tersebut beserta panoramanya, tidak lupa kengerian kastil yang diselimuti misteri setelah ditinggalkan bertahun-tahun oleh sang pemilik.
Konflik dimulai ketika seorang pengembala melihat asap muncul dari menara kastil tua Carpathia. Tahayul yang sudah melekat erat mengenai kastil itu semakin membuat teror di kalangan penduduk desa. Bunyi-bunyi aneh, suara tanpa wujud, hingga kengerian yang dialami seorang penjaga hutan dan dokter yang memberanikan diri menjelajah ke kastil, membuat warga desa merasa amat resah dan tak ingin dekat-dekan dengan kastil terkutuk itu.
Edisi terjemahan oleh Penerbit Qanita |
Akan tetapi, kehadiran seorang bangsawan muda bernama Count Franz de Telek beserta kepala pelayannya ke desa Werst, nyatanya berhasil mengungkap kebenaran tak disangka mengenai kastil Carpathia. Count Franz adalah manusia modern yang tidak percaya tahayul, dan dengan kebulatan tekad, beliau berangkat menjelajahi kastil. Kebenaran yang terungkap ternyata berkelindan dengan penemuan ilmiah di masa itu, termasuk romansa sedih Count Franz di masa lalunya.
Membaca kisah ini, seperti biasa, tidak banjir adrenalin macam kisah fiksi jaman kini. Penuturan dan inti masalah yang sederhana dalam kisah yang cukup tipis (tidak sampai 300 halaman), ternyata cukup berpengaruh di kesusasteraan masa itu. Ditulis tahun 1893, alangkah wajar jika kastil Carpathia menjadi inspirasi bagi karya-karya lain. Fondasi yang diletakkan Verne di kisah ini cukup kuat dan bisa diperluas menjadi karya lain yang tak kalah menariknya.
Ada baiknya kita memakai sudut pandang masa lalu pada kisah ini. Karena bila peristiwa ini terjadi di zaman kini, mungkin tidak akan ada elemen kejutnya. Tetapi di era kegelapan pre-reneissance, kisah ini tentunya akan cukup memikat pembaca. Dan sekali lagi, bagi saya yang membacanya lebih dari seabad kemudian, saya cukup puas dengan kesederhanaan kisahnya. Tentu saja edisi terjemahan ini memiliki diksi yang baik, dan saya ikhlas sekali dengan kegagalan saya (hahahahah, sana coba lagi).
Elemen fiksi ilmiahnya mungkin boleh dibilang tidak terlalu berasa, justru elemen romansanya yang mencuat. Namun jelas, ini bukan tipikal iyuh iyuh lebay. Sederhana namun dalam. Dan itulah yang menjadi penyebab utama permasalahan di kisah ini. Semoga tertarik membaca. ^^
“The human mind delights in grand conceptions of supernatural beings.”
No comments:
Post a Comment