“...If humans one day become extinct from a catastrophic collision, there would be no greater tragedy in the history of life in the universe. Not because we lacked the brain power to protect ourselves but because we lacked the foresight. The dominant species that replaces us in post-apocalyptic Earth just might wonder, as they gaze upon our mounted skeletons in their natural history museums, why large-headed Homo sapiens fared no better than the proverbially pea-brained dinosaurs...”
- Neil deGrasse Tyson -
Jaman muda dulu (eciyee udah tua), sekitar SMP, pelajaran sejarah adalah topik yang menarik, apalagi menyangkut tentang kapan dan bagaimana 'kita' muncul mewabah di Bumi. Perjalanan panjang pasca makhluk primitif yang tumbuh dalam sup primordial yang hanya sekedar kumpulan protein organik, membawa manusia ke berbagai bentuk penguasaan tiada akhir terhadap planet ketiga dari Matahari, yaitu Bumi tua ini.
Mempelajari manusia kadang bisa menarik, kadang membosankan, karena jelas nggak habis-habis. Maka dari itu butuh waktu berbulan-bulan bagi saya untuk merampungkan sebuah buku sejarah kekinian bikinan Yuval Noah Harari berjudul SAPIENS : A BRIEF STORY OF HUMANKIND. Buku ini saya pinjam dari sejawat saya, si Aan yang memang hobi dengan genre buku-buku serupa. Nah, saya punya pasang surut ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan yang dikemas dengan lebih apik ini. Yang jelas buku-buku model ini tidak semonoton buku-buku sekolah dulu yang penuturannya terstandar. Buku-buku bikinan Stephen Hawking, Carl Sagan, dan beberapa ilmuwan lain hadir dalam diksi yang lebih enak tanpa mengurangi pengetahuan di dalamnya. Tak terkecuali yang diperbuat Yuval Noah Harari dalam SAPIENS.
Kita tau bahwa sejarah penjajahan umat manusia di Bumi adalah kisah tragedi yang panjang dan melelahkan. Pasca hantaman asteroid yang memunahkan rombongan Dinosaurus, cikal bakal manusia mulai menunjukkan eksistensi ke permukaan. Dari Homo Erectus, Neanderthal, Pitechantrophus, hingga Sapiens, bukti-bukti dirangkai mengenai jejak langkah penjelajahan organisme konsumtif terbesar seantero planet ini.
Tapi cukup dengan sejarah purba, poin menarik dalam SAPIENS adalah penjelasan epik mengenai kehidupan sosial ekonomi dan pembentukan imajinasi kolektif dari populasi. Apa yang mendasari terbentuknya suatu negara ? Mengapa ada kebijakan moneter ? Apa perlunya pemilihan kepala negara ? Kenapa mesti ada perang dan penjajahan ?
Yuval merangkum dalam riset pustaka puluhan buku sejarah lain yang dituangkan dalam narasi mencengangkan mengenai problema dan kelakuan umat manusia. Digerakkan oleh tiga poin utama : moneter (keuangan), imperial (politik), dan agama, manusia mulai mengalami berbagai revolusi besar-besaran. Diawali dari revolusi kognitif akibat berubahan kapasitas otak, revolusi agrikultur yang membabat alam secara masif, hingga kini revolusi sains yang perlahan merubah kehidupan kita menjadi lebih gampang. Saya sedang mengetik tulisan ini di laptop ukuran 11.6 inchi, yang mungkin tidak terbayangkan oleh Alan Turing kurang lebih beberapa dekade silam saat merintis awal kehadiran komputer dengan mesin dan daya sebesar gudang pertanian cuma untuk memecahkan enigma dalam perang. Manusia sudah melompat sedemikian jauhnya untuk perbaikan kenyamanan dan akses tiada habis terhadap usaha memperoleh kesejahteraan.
SAPIENS memuat sejarah pelik, berdarah, maupun tragis yang telah diperbuat kaum kita terhadap spesies lain pun sesama. Dalam nyaris 500 halaman edisi terjemahannya, penjelasan berapi-api Yuval terhadap kemampuan merusak dari kaum ini berujung kepada pertanyaan final yang tak berkesudahan. Apakah manusia bahagia ? Apakah manusia kini lebih bahagia dari pada manusia purba yang cuma tahu makan, tidur, dan berbiak ?
Lebih mengerikannya lagi, kita masih tidak tahu sejatinya apa yang kita inginkan. Apa tujuan kita. Secara gamblang, Yuval membuat pernyataan (sekaligus pertanyaan) bahwa manusia adalah binatang yang menjadi Tuhan, kumpulan organisme mengerikan dengan pertanyaan menyeruak : apakah ada sesuatu yang lebih berbahaya ketimbang tuhan tuhan yang tidak puas dan tidak bertanggung jawab yang tidak tahu apa yang mereka inginkan ?
SAPIENS adalah jenis buku sejarah populer yang menawarkan kegamblangan tak ditutup-tutupi tentang riuh rendah sejarah organisme berDNA 23 pasang bernama Homo sapiens. Yuval tanpa tedeng aling-aling mengungkapkan 'kelemahan-kelemahan' sistem, imperial, hingga agama. Buku ini bisa membuat emosi para pemuka agama bila tidak dicermati dengan bijak. Sedangkan bagi saya, buku ini memang penuh sarkasme kehidupan, namun layak dibaca untuk menambah khasanah pengetahuan. Tentunya dengan kembali ke prinsip bahwa sejarah ditulis oleh sang pemenang. Sejauh ini kita semua hanya meraba-raba dalam gelap, mengumpulkan bukti-bukti, dan merekonstruksi petunjuk apapun yang kita temukan untuk merumuskan pengetahuan mengenai kehidupan di masa lalu. Tidak ada satupun dari kita yang benar-benar tau pasti tentang sejarah. Kita hanya melakukan asumsi terstruktur berdasarkan bukti-bukti yang disisakan oleh waktu.
edisi terjemahan oleh Penerbit Alvabet |
Berat ? Mungkin. Menarik ? Jelas.
SAPIENS menjadi salah satu buku ilmiah populer yang bisa direkomendasikan di antara timbunan bacaan, fiksi maupun non fiksi. Tidak ada salahnya untuk mulai mengesampingkan ribut-ribut dunia maya dengan mulai melirik bacaan berisi. Belajarlah, supaya setidaknya kita tau bahwa kita tidak tau. Ribuan catatan sejarah menyisakan pertanyaan ultimate yang masih memiliki sekian kemungkinan jawaban. Mengapa kita ada di Bumi ? Apa tujuannya ? Kemana akhirnya kita akan pergi ? Apakah kita hanya bagian utama perusak ekosistem dan berdiri melayang sekian dekade tanpa tau arah dan tujuan ?
Well, mungkin Yuval tidak menyodorkan semua jawaban, tapi setidaknya SAPIENS menawarkan pertimbangan persepsi mengenai sejarah kerusakan yang dibuat umat manusia dengan kesan tanpa tujuan. Pe er bagi saya adalah terus belajar, dan bagi Anda, mungkin juga belajar, entah dengan membaca buku ini atau mulai kembali melihat dari berbagai perspektif. Kita tidak sendirian, tapi kitalah yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kerusakan.
“...Sapiens rule the world because only they can weave an inter subjective web of meaning: a web of laws, forces, entities and places that exist purely in their common imagination. This web allows humans alone to organise crusades, socialist revolutions and human rights movements...”
- Yuval Noah Harari -
Akhirnya dibaca juga ini buku. Keren kan mak? Wkwk. Tapi bagaimanapun buku ini terlalu saintis dan melupakan aspek religis. Fanatikal sains hanya menyimpulkan apa yg mereka temukan, sementara bagi yg punya iman buku ini bisa menggelitik dan menyebalkan. Wkwk
ReplyDeleteIyap..tapi yang diungkapkannya penting meskipun ya seperti yg sudah sudah..ini cuma dari beberapa sudut 'masuk akal' dari kacamata saintis.. kacamata lain tidak dipakai karena standar 'percaya' itu tidak ada untuk rombongan orang orang ini...but still, pengetahuan ya pengetahuan..diambil yang baik untuk kebajikan..^^
Delete