July 27, 2021

Toko Sulap ( Into the Magic Shop - James R Doty)

 "...on days I hate being myself, days I want to disappear forever...let's make a door in your heart... open the door and this place will await...It's okay to believe, the Magic Shop will comfort you..."

- BTS -


Image courtesy: dreamtime.com

Saya tau, bukan saya sendiri yang mulai tidak waras di kondisi pandemi tak berkesudahan ini. Namun, jika mau sedikit menilik segala kehilangan yang telah saya jalani sebagai individu, babak belur secara mental tampaknya mewarnai kehidupan sepanjang 2020 hingga paruh tengah 2021. Untungnya, saya masih memiliki banyak hal yang bisa saya syukuri, termasuk hobi membaca ini.

Saya sudah sering menyatakan bahwa saya bukan fans buku-buku self help yang hits beberapa tahun terakhir. Saya dari dulu sudah mencoba Chicken Soup, bukunya Robin Sharma, The Secret, bukunya Haemin Sunim, dan entah apa lagi. Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada penulis-penulis kawakan yang menjajakan upaya menolong diri sendiri ini, saya tetap tidak klik. Entah saya yang terlalu memandang sinis pada dunia, hatinya batu, atau memang simpelnya bukan cangkir selera saya.

Ketika saya memutuskan masuk ke dalam bangtan hole dan menjadi bagian dari fandom terbesar sedunia saat ini yang disebut sebagai BTS ARMY akhir 2020 lalu, selain riset dan mengecek semua diskografi grup hits ini, yang paling menarik adalah kegemaran dari anggota septet kharismatik ini untuk membaca. Saya senang ketika tau bahwa di dalam grup ini ada kutu buku yang punya perasaan sama dengan kami, kaum pelahap aksara. Pantas saja diskografinya ga kaleng-kaleng.

Dari pada lebih jauh fangirling, saya kembali ke INTO THE MAGIC SHOP, sebuah buku yang ditulis oleh dokter bedah saraf bernama Dr James R Doty, terbit edisi bahasa Inggris nya tahun 2016 silam. Saya direkomendasikan oleh pembimbing tesis-supervisor-bos saya yang juga hobi membaca meskipun seleranya berbeda dan tidak segila saya. Beliau kebetulan bergerak di bidang humanistik dalam medis dan memang orangnya humanis. Aura matahari pagi. Beda dengan saya yang aura matahari tengah hari membakar.

INTO THE MAGIC SHOP mengingatkan saya pada judul lagunya BTS yang berjudul MAGIC SHOP. Sebuah lagu yang menenangkan meskipun dinyanyikan dalam bahasa Korea yang saya tidak paham. Lantas saya cukup cek lirik versi Inggrisnya, dan voila! This is a gem! Sebagai bagian dari kampanye LOVE YOURSELF nya grup ini bersama PBB, saya rasa lagu ini memang cukup memberikan comfort tersendiri. Dan percayalah, mencintai diri sendiri itu perkara sulit. Terkhusus bagi saya yang sampai saat ini masih struggling dalam memaafkan diri dan menerima segala insekyuriti. Deep? oh indeed. Kalau saya bisa terlihat kuat dan percaya diri dan terkesan tidak tau malu di aneka situasi, percayalah, di dalamnya hanya benyek saja seperti pisang terlalu matang.

Dalam buku ini, Dr Doty mengisahkan upaya perjuangannya dari seorang remaja miskin dari keluarga alkoholik untuk menjadi seorang dokter. Upaya ini diawali oleh Dr Doty kecil berusia 12 tahun yang mengayuh sepeda untuk mencari keberadaan abangnya, namun menemukan sebuah toko sulap tua. Di toko ini, Dr Doty bertemu seorang nenek bernama Ruth, yang mengajarkannya berbagai 'rahasia sulap' yang ternyata mengubah masa depannya kemudian.

Sulap yang diajarkan Ruth ternyata adalah sebuah teknik meditasi terarah yang membantu Dr Doty untuk relaksasi, menemukan diri, dan meningkatkan potensinya. Berdekade kemudian setelah Dr Doty sukses menjadi dokter bedah saraf, beliau melanjutkan riset di urusan ini dalam ranah neuroplastisitas, yakni suatu teori atau paham yang meyakini bahwa otak mampu beradaptasi dan tumbuh sesuai dengan input yang diberikan dan latihan yang terarah. Neuroplastisitas ini adalah bagian dari subjek neurosains yang sampai saat ini masih berkembang. Otak tentunya menarik. Organ yang mengonsumsi oksigen paling rakus dan energi paling banyak di tubuh kita ini masih menyimpan misteri. Kita masih mempertanyakan soal kesadaran, cinta, hati (bukan yang di perut), dan banyak hal-hal lain yang membuat kita jadi 'manusia'. Si otak menyimpan itu semua. Namun dia masih enggan berbagi keseluruhan rahasianya.

Ini punya saya, edisi bahasa Inggris

 

INTO THE MAGIC SHOP hadir sebagai curhatan Dr Doty terkait masa lalu, kesalahan dan kepedihan yang dilaluinya,dan upayanya untuk menemukan diri sendiri lewat compassion dan mindfulness yang dia pelajari selama libur musim panas di toko sulap milik Ruth. Nah, di dalam buku ini disertakan juga semacam sisipan instruksi 'Ruth's magic tricks' yang bisa dicoba oleh pembaca. Saya terus terang belum berniat mencoba. Saya masih di tahap terkesan dengan kisah Dr Doty. Penuturannya menyenangkan, fakta medis dan situasinya menarik (dan tentu lebih dekat bagi saya, meskipun bidang kerja saya berbeda dengan beliau dalam profesi dokter yang sama), dan saya sungguh ingin bertahan. Bertahan untuk mencoba memaafkan diri sendiri dan melakukan upaya penerimaan atas situasi apapun yang telah terjadi dalam hidup saya. Sama seperti yang Dr Doty telah dan sedang jalani. 

Membaca buku ini tidak lantas menjadikan saya langsung bijaksana. Poin yang tidak bisa saya terima pun tetap ada. Wajar saya rasa. Ada bias kultur, perbedaan pandang agama dan pemahaman, bahkan bias gender. Namun sebagai bagian dari kaum ilmiah, adalah wajar ketika saya tidak serta merta menelan begitu saja informasi apapun yang saya terima, termasuk apa yang ditawarkan Dr Doty. Saya cukup senang bisa menamatkan membacanya dan tidak menolak ketika kisahnya mengalir di kepala saya. Ini adalah salah satu hal yang baik, bagi saya yang arogan dan terkesan antikritik ini. Mungkin sudah saatnya saya melihat lebih jauh ke dalam. Kembali ke dalam diri saya. Memvisualisasikan sendiri toko sulap mana yang cocok di dalam otak, dan mencoba melanjutkan apa yang baik dan penting. Pada akhirnya saya berkesimpulan secara sok tau, bahwa toko sulapnya tidak harus toko sulap milik Ruth. Bisa jadi toko sulap beraneka wujud untuk beraneka individu namun benang merahnya tetap sama, upaya melihat ke dalam diri dan menemukan kebaikan, alasan untuk bertahan, alasan untuk berjuang, dan alasan untuk berhak bahagia.

INTO THE MAGIC SHOP sudah ada edisi terjemahan Indonesianya. Untuk edisi Inggris ini, ukuran font nya besar dan tebalnya tidak sampai 300 halaman. Namun herannya tidak bisa dibaca ngebut meskipun bahasanya tidak sulit. Lagi pula, akan sayang aja kalau ini hanya sekedar dibaca tanpa kesan, sekedar pelepas utang atau momen jumawa media sosial. Yah, setidaknya, Dr Doty sudah berani menyodorkan kepingan pengetahuan yang dia punya. Terkait neuroplastisitas, ini topik menarik. Mungkin saya akan mencoba mengikuti ini sebagai selingan lain dari ranah keilmuan saya yang biasa. Tidak ada salahnya membaca terlalu banyak bukan?

Rekomendasi bagi anda yang ingin bacaan menenangkan.


Gambar bonus dari grup terkini yang menghiasi playlist wajib saya (image courtesy: Bighit Music - BTS for Muster Sowoozoo)

PS: Saya tidak tau pasti apa Kim Nam Joon dan keenam saudara tidak sedarahnya turut membaca buku ini atau tidak, tapi saya tentunya senang karena dia adalah kutu buku yang keren. Menjadi kutu buku adalah anugerah, dan saya senang punya idola yang punya hobi serupa.


“...It's the same with the wound in our hearts. We need to give them our attention so that they can heal. Otherwise the wounds continue to cause us pain. Sometimes for a very long time. We're all going to get hurt. But here's the trick - they also serve an amazing purpose.
When our hearts are wounded that's when they open.
We grow through pain.
We grow through difficult situations.
That's why you have to embrace each and every difficult thing in your life...” 

- James R Doty -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...