“...But I don't want comfort. I want God, I want poetry, I want real danger, I want freedom, I want goodness. I want sin...”
- the Savage -
Image courtesy: pinterest
Beberapa tahun lalu, saya sempat memiliki edisi terjemahan dari sebuah novel klasik fenomenal berjudul BRAVE NEW WORLD bikinan Aldous Huxley. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1932 dan menimbulkan kehebohan dikarenakan kontennya yang kontroversial. Sayangnya, saya tidak klik dengan edisi terjemahan tersebut. Saya menyerah lalu menghibahkannya.
Kemudian hampir delapan dekade setelah terbit pertama kali, saya akhirnya memperoleh edisi vintage dengan sampul unik edisi berbahasa Inggris dari novel ini. Namun, butuh upaya terseok-seok menyelesaikannya, karena saya dilanda reading slump dan memang kontennya ini agak 'berat'.
Berlatar di masa depan, BRAVE NEW WORLD menghadirkan situasi utopis dimana manusia sudah mencapai kemampuan ilahiah dengan mengatur semua aspek utama kehidupan, dalam hal ini reproduksi. Metode Bokanovsky hadir sebagai solusi, sederhananya adalah kloning manusia terarah, terperinci, pantang gagal, yang menghadirkan 'produk' manusia baru dan seragam sesuai pengelompokan. Pengelompokan ini terdiri atas Alfa-Beta-Gamma-Delta-Epsilon, yang menandai level kecerdasan dan kemampuan masing-masing serta penempatannya dalam masyarakat. Berlokasi di semacam London baru, sebuah 'pabrik kloning' berdiri dengan megah, bebas penyakit, bebas derita, dan tentu makmur sentosa.
Manusia di situasi ini hanya mengenal rasa nyaman dan bahagia. Metode pembelajaran yang digunakan pun termasuk revolusioner, dikenal dengan istilah hypnopaedia, yakni belajar saat tidur. Tidak ada buku, tidak ada agama, tidak ada aspek ketuhanan dalam bentuk apapun. Pemberian substansi pembawa kebahagiaan pun lumrah dan terkendali, dikenal dengan soma. Tidak ada perang, kemarahan, patah hati, kesedihan. Semua berjalan indah-indah saja. Mengingatkan saya dengan novel PLANET MAGNON bikinan penulis muda Jerman bernama Leif Randt yang utopis dan absurd itu (bisa dicek di sini).
Masalah muncul ketika seorang pejabat level Alfa bernama Bernard, membawa seorang 'manusia primitif' dari suaka mirip perkampungan indian yang terpisah dan terisolir. Suaka ini memang dijadikan sebagai tempat riset sosial antropologis mengenai kehidupan manusia jaman lampau yang masih mengedepankan emosi dasar, lengkap dengan keterbelakangannya. Manusia di jaman kita bisa mungkin masuk ke sini. Manusia ini dinamai John, atau dikenal dengan sebutan the Savage.
ini edisi yang saya punya, cakep ya |
Kita kemudian diajak melihat gundah gulana John dalam dunia baru asing yang kesannya surgawi tapi sakit ini. Pertemuannya dengan wanita bernama Lenina, konflik batinnya, kegilaan sekitar, dan menjadi tontonan favorit manusia produk utopia hasil proses Bokanovsky. Huxley menggambarkan kegilaan ini dalam beraneka istilah yang cukup bikin kening berkerut dan terheran-heran. Nyatanya, manusia mencoba menjadi Tuhan hanya membawa kepedihan yang tak kalah mengerikan dari pada bencana yang sudah-sudah. Manusia lupa, bahwa keberadaan emosi-emosi negatif dan musibah serta beraneka kekurangan, menjadikan sosok manusia yang lengkap. Bukan hanya jaringan organik kosong yang hanya mengerti soal kesenangan abadi tanpa cela.
BRAVE NEW WORLD menghadirkan propaganda mengerikan yang didasari oleh obsesi manusia akan kesempurnaan. Seperti layaknya novel klasik, tidak ada akhir yang membahagiakan, justru cenderung open ending. Novel ini memantik kekhawatiran kita akan masa depan. Sejauh mana kesombongan kita akan menjadi nyata dalam beraneka bentuk. Parahnya lagi, kita akan meragukan nurani dan mulai memilih mana yang akan kita akui sebagai kebenaran sesungguhnya.
Pusing?
Oh tentu. Bukan tanpa alasan novel ini menjadi salah satu penanda karya kontroversial di jaman perang dunia waktu itu. Namun, memang butuh kebijaksanaan untuk membaca novel model ini. Dalam artian kegilaan dan propaganda yang diusung dalam dunia fiksi ilmiah ini melambangkan banyak hal, tidak bisa dicerna mentah dan tidak juga menjadi acuan berpikir secara terpisah.
Berat?
Kind of. Tetapi jelas menarik, terutama bagi saya yang entah kenapa terdorong membaca novel-novel bergenre serupa. Penasaran dan tentunya menarik pemikiran. 21+ lah ya kalau mau mencoba, dan jelas ini cukup segmented serta meresahkan pembaca. Mungkin hikmahnya, kesombongan dan kebodohan manusia itu tiada bertepi, kitalah yang selalu denial dan terlambat menyadari.
No comments:
Post a Comment