"...the most precious thing that one could give to you is time..."
Jaman muda dulu (ciye udah tua..eh nggak juga sih), rasanya saya punya banyak mimpi yang berseliweran di kepala. Dan dengan kuasa sang Maha, mimpi itu terwujud, meskipun caranya tidak disangka-sangka. Lantas apa urusannya dengan balon udara ?
Beberapa hari lalu saya membaca novel klasik berjudul THE 21 BALLOONS karya William Pene du Bois. Buku ini aslinya terbit tahun 1947, dan saya kebetulan dititipin si buku ini sebagai pesanan dari mamas aki Raafi yang nemu di beranda fesbuk mba Nagare - toko buku online langganan saya. Kebetulan mau ke ibukota dalam waktu dekat, jadi ya sekalian nitip - bebas ongkir.
THE 21 BALLOONS ini mengisahkan petualangan tak terduga dari seorang guru tua yang ingin menghilang sejenak dari rutinitas sehari-hari dengan naik balon udara bikinan sendiri. Si bapak ini akhirnya terdampar pada suatu pulau bernama Krakatoa (yep, Krakatau indeed) dan mengalami petualangan gilang gemilang yang menyenangkan.
Hubungannya apa dengan saya ?
Well, dari kecil saya punya mimpi untuk keliling dunia dengan balon udara. Muluk mungkin, tapi balon udara bundar besar dan lucu itu sepertinya nyaman untuk dipakai melarikan diri dari semua keberingasan duniawi. Terserah mau kemana. Cukup iri dengan si bapak tua yang mengalami kebahagiaan ini. Namun saya juga sedang bahagia dan masih kaget karena mimpi saya terwujud dengan cara dan timing tak terdeteksi. God did that.. just did that !
Saya masih suka bertanya mau apa dan mau kemana. Terlarut dalam kenyamanan rutinitas harian, tak disangka saya diberi pencerahan untuk memilih melanjutkan pendidikan di tempat yang dulu pernah saya idamkan di penghujung masa SMA. Yep, saya beruntung bisa melanjutkan sekolah lagi nanti di pertengahan tahun 2018. Bentuk kebahagiaan yang tidak disangka-sangka. Dan jelas rasa terimakasih tidak cukup untuk menggambarkan syukur.
Dikelilingi orang-orang baik adalah rezeki. Jelas. Tim remah-remah berkualitas di lingkungan kerja saya yang kasih dukungan tiada henti, belum lagi teman-teman satu angkatan (Stadium 6, proud to be the part of them) yang ngebantu diri ini untuk kembali bersemangat memperbaiki diri, dan jelas geng admin terkasih dari grup Penggemar Novel Fantasi Indonesia yang udah membantu segala remeh temeh perjalanan ini.
Jadi sekolah lagi nih ?
Alhamdulillah pilihan melanjutkan pendidikan menjadi pencapaian mencengangkan di tahun ini. Tak pernah menyangka akan dipermudah seperti ini. Jelas saya mesti berterimakasih pada banyak pihak yang membantu dan mau saya susahkan. Si oni nan gaptek hampa lemot ini bisa menjelajah ibukota. Pe er ke depan itu adalah belajar menyesuaikan situasi dan jalan kaki kembali (wooo manja wooo).
Jelas naik balon udara akan jadi impian selanjutnya selain konsisten membabat timbunan. Terima kasih kamu kamu. Feeling so grateful of this journey. ^^
Support system di kampus |
Support system di ibukota |
ciyee jadi juga kuliah |
“...who knows if the moon's
a balloon,coming out of a keen city
in the sky--filled with pretty people? and if you and I should
get into it,if they
should take me and take you into their balloon,
why then
we'd go up higher with all the pretty people
than houses and steeples and clouds:
go sailing
away and away sailing into a keen
city which nobody's ever visited,where
always
it's
Spring and everyone's
in love and flowers pick themselves...”
a balloon,coming out of a keen city
in the sky--filled with pretty people? and if you and I should
get into it,if they
should take me and take you into their balloon,
why then
we'd go up higher with all the pretty people
than houses and steeples and clouds:
go sailing
away and away sailing into a keen
city which nobody's ever visited,where
always
it's
Spring and everyone's
in love and flowers pick themselves...”
- E.E Cummings -
No comments:
Post a Comment