“...Nobody gives you respect in this life. You must take it, you must earn it, and then you must hold it sacred, because no matter how hard respect is to attain, it can be lost in an instant...”
- King Jaron of Carthya -
Seperti biasa, bila dunia nyata menyodorkan banyak masalah yang bikin fisik dan mental babak belur, maka ada baiknya kembali ke dalam lembaran kata-kata penuh imajinasi dalam novel saja. Dan akhirnya setelah menanti bertahun-tahun, buku ketiga sekaligus terakhir dari ASCENDANCE TRILOGY karya Jennifer A Nielsen muncul juga edisi terjemahannya. Jujur saya udah lupa plot dan nama tokoh-tokoh selain utama, saking lamanya.
Trilogi ini adalah satu-satunya novel karya penulis yang saya baca. Kepincut sekitar lima atau enam tahun lalu di buku pertamanya berjudul THE FALSE PRINCE - PANGERAN PALSU bersampul biru. Kisahnya menarik dengan plot twist yang cukup. Ditambah tokoh utamanya adalah pangeran tengil cerdik licik gabungan kejailan plus pembangkangan Sirius Black muda dan jelas bukan tipikal Prince Charming. Malah kayak Flynn Rider-nya Rapunzel.
Bagi yang belum membaca THE FALSE PRINCE silakan menyingkir.
Ditulis dengan sudut pandang orang pertama alias 'aku', kita dibawa dalam perjalanan pelik seorang pencuri bernama Sage yang ternyata adalah Pangeran satu-satunya nan tersisa dari Kerajaan Carthya. Bukan tanpa alasan Sage alias Pangeran Jaron bergumul pada identitas pencuri-gelandangan ini. Pemberontakan, pengkhianatan, ancaman perang, mewarnai kerajaan fiksi yang dikepung tak lama lagi oleh beberapa kerajaan saingan.
Jaron adalah pangeran non kebanyakan. Jail semaunya dan sulit ditebak. Pemakaian sudut pandang 'aku' pada kisah ini pun tidak membuat pembaca bisa memantau jalan pikiran sang pangeran yang akhirnya terpaksa menjadi raja di buku kedua THE RUNAWAY KING - RAJA YANG MINGGAT. Jaron tidak pernah ingin takhta, tidak merasa berambisi. Namun kematian sang kakak yang seyogyanya menjadi penerus takhta, membuat Jaron menjadi satu-satunya Raja yang sah bagi Carthya.
Polemik persahabatan, bumbu romansa seadanya, politik kekuasaan, menjadi suguhan menarik dalam trilogi ini. Dalam THE SHADOW THRONE - TAKHTA BAYANGAN, Jaron dihadapkan pada perang yang tak terelakkan dan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan orang-orang yang dikasihinya. Pilihan demi pilihan harus ditempuh dalam situasi mustahil dimana kerajaan musuh mengepung dari segala penjuru, lebih dari satu.
Menariknya, tidak ada elemen sihir dalam kisah ini. Diceritakan dalam semesta lain di abad pertengahan rasa-rasa eropa dengan nama-nama kerajaan tidak familier, penulis mengusung tokoh utama pria yang menarik. Bukan dari deskripsi tampang, tapi dari deskripsi taktik. Jaron ini licik dan licin. Jiwanya oportunis dan menyatu dengan kebiasaan sebagai pencuri, meskipun jelas dia baik hati. Sedang nge-trend nya tokoh utama heroine yang bikin saya lama lama eneg, dijernihkan dengan kehadiran Jaron yang segar dan menghibur. Hal ini lah yang membuat saya bersabar menanti semua bukunya diterjemahkan meskipun sampulnya nggak sinkron, khas sekali penerbit itu yah.
Pangeran Palsu oleh GPU |
Raja Yang Minggat oleh GPU |
Takhta Bayangan oleh GPU |
Direkomendasikan bagi pembaca novel, fantasi atau bukan, yang ingin kisah epik tidak terlalu berat namun cukup menyegarkan. Terjemahannya juga oke (meskipun mesti nunggu entah berapa lama biar komplit). Kelihaian Raja Jaron dalam trilogi ini cukup menghibur dan layak dicermati. Meskipun ada banyak keberuntungan yang dimiliki sang Raja, tapi tetap saja akalnya yang panjang menjadi penyelamat nyawa. Syukurlah sudah selesai dibaca, udah lengkap dan anda bisa baca tanpa menunggu lama seperti saya dulu yang teraniaya.
Tokoh favorit ? Raja Jaron, jelas orang ini patut diidolakan. Panjang akal dan sebenarnya tidak suka direpotkan. ^^
“...A person can be educated and still be stupid, and a wise man can have no education at all...”
- Jennifer A Nielsen -
No comments:
Post a Comment