December 3, 2019

When Playing God Is Not Enough

"...God does not play dice with the universe..."
- Albert Einstein -


November 2019 adalah bulan penuh tantangan yang bikin otak saya ngos-ngosan. Salah satu risiko menjadi anak sekolah dan budak akademisi adalah menahan diri dari semua godaan termasuk hobi. Akan tetapi, pertahanan itu runtuh begitu melihat sebentuk benda menggoda bernama novel fantasi. Hadir dengan embel-embel buku terakhir dari trilogi, ditulis oleh salah satu penulis favorit, baru terbit beberapa minggu lalu, stoknya cuma dua biji, desain sampulnya cakep banget, dan semakin kalah ketika tau kalau diskon. TJIH.

Jadi buku apa itu?
THE TOLL adalah pamungkas dari seri utopia-distopia fiksi ilmiah berjudul ARC OF SCYTHE karya Neal Shusterman. Buku pendahulunya, SCYTHE dan THUNDERHEAD sudah menyusahkan saya sejak setahun lalu. THUNDERHEAD berakhir menggantung greget ingin lempar sendal kayu, dan seperti biasa, disuruh menunggu setahun. Apalah ya..udah biasa digantung saya tuh...(eaak ampas).

Bagi yang belum berniat membaca SCYTHE dan THUNDERHEAD, ini saya berikan tautan curhatan hiperbola alakadarnya..silakan klik saja..akan tetapi, pasti ada spoiler dimana-mana..maap yaa..

THE TOLL melanjutkan kebangkitan tiran Scythe Robert Goddard setelah berhasil menumbangkan Endura dan menyebabkan para tetua tewas. Kekuasaan si Goddard semakin meluas, tak puas, dan menghantam semua yang berniat melawan. Sementara itu, dunia seolah hampa karena Thunderhead memilih untuk diam. Tidak memberikan sebentuk ucapan remeh pun untuk mengomentari keadaan.

Bagaimana nasib Scythe Anastasia dan Scythe Lucifer yang tenggelam bersama Endura?
Dimanakah Scythe Michael Faraday berada?
Akankah Thunderhead tetap diam dan memegang teguh prinsip tidak mau berurusan dengan tindak tanduk para Scythe?

Novel setebal 625 halaman ini greget sejak awal. Khas om Shusterman, beliau menuliskan sisipan berita, pernyataan, surat-surat, yang memberikan kesan 'nyata' kisah futuristik mencengangkan dimana manusia sudah bisa melawan kematian. Kekuasaan tetap membutakan, manusia tidak akan pernah puas, meskipun kematian telah diatur sesuai keinginan.

Sulit untuk tidak menyerempet spoiler dalam curhatan mengenai novel ini. Akan tetapi, sebagai provokator perbukuan, saya akan mencoba memaparkan beberapa poin penting mengapa saya memberikan 5 bintang penuh di akun goodreads saya untuk kisah ini. Cekidot.

bagus khan covernya, ini edisi paperback terbitan Simon & Chuster
Pertama, temanya of course. Meskipun dihadirkan dalam penuturan ringan ala young adult, THE TOLL dan keseluruhan seri ARC OF SCYTHE mengusung tema futuristik yang ga main-main. Apa yang terjadi kalau kesempatan hidup abadi itu bisa ada? Ketika kecerdasan buatan mengatur hidup kita untuk tidak susah lagi? Bisa melawan penuaan sesuka hati, menghapus memori, ganti wajah, ganti identitas, milih DNA terbaik buat calon bayi, semuanya bisa diatur, bahkan kematian. Sinting coy.

Kedua, rancang bangun dunianya. Om Shusterman memang tidak secara terperinci dan berurutan menyusun kronologi dunia masa depan ini, kita diminta merangkai sendiri dari ratusan butir informasi yang tersebar di ketiga buku. Dunia masa depan ini diatur oleh kesadaran Artificial Intelligence tingkat tinggi yang disebut Thunderhead. Mengatur semuanya kecuali urusan Scythe. Dunia sudah beda-beda pembagian geografisnya, etnis tersebar, bahasa diadopsi dalam nama familiar namun berbeda. Kluster politik dan kebudayaan ditampilkan dengan nama berbeda namun akar nya tidak asing. Nama-nama tokoh dunia yang berpengaruh di berbagai bidang dijadikan nama baru bagi para Scythe. Mulai dari nama-nama tokoh Yunani Romawi (Prometheus, Socrates, Caesar, Cleopatra), ilmuan (Marie Curie, Leonardo daVinci, Michael Faraday, Benjamin Franklin), bahkan artis dan penulis (om King pun masuk -- ya om Shusterman ngefans jugak sama si om raja).

Ketiga, konflik politik, kemanusiaan, pribadi, emosional. Semuanya campur aduk. Greget gemes ya ampun. Batas-batas kemanusiaan itu abu-abu amat. Harga nyawa manusia jadi gampang aja gitu ilangnya. Para Scythe di sini dengan mudahnya ngilangin nyawa orang, dah kayak nebas ilalang. Itulah sebabnya istilah to glean, gleaning  berarti 'mematikan manusia secara permanen' yang dipakai dalam buku ini.

Keempat, penokohan. Selain Rowan Damisch dan Citra Terranova sebagai yang didapuk sebagai pasangan tokoh utama (tenang, kadar romantismenya minimal tapi dalem dan bukan fokus utama), ada puluhan tokoh lain yang memegang peran penting dalam perjalanan kisah ini. Mentor mereka, Scythe Faraday dan Scythe Curie, rombongan Scythe dari pihak Goddard, Scythe dari pihak netral, Scythe dari pihak pemberontak, rombongan keagamaan bernama The Tonist, pustakawati, pelaut, pencuri, dan manusia biasa saja yang bernama Greyson Tolliver. Mau ndak mau pembaca harus jeli mengingat tokoh-tokoh seliweran di dua buku sebelumnya ternyata berperan penting di final kisah. Narasinya banyak sudut pandangnya. Ramai asik bikin kening berkerut dan otak bergidik.

Kelima, THE TOLL menyuguhkan konklusi yang.........duh...apa ya..mau dibilang happy ending tapi gimana gitu. Konklusi berisiko, ketidakpastiannya. Bikin overwhelming namun yah apa mau dikata. 

Keenam, penulisan. Enak dibaca (padahal versi bahasa Inggris), dan banyak quotes nonjok yang bisa bikin tercenung. Iya juga ya...gitu..

Terakhir, di antara hutan belantara fiksi ilmiah ini kita disentil berkali-kali urusan kemanusiaan, kebodohan, dan kesombongan kita sebagai manusia. THE TOLL menghadirkan kembali seleksi alam yang dipercepat oleh kelakuan manusia itu sendiri. Pada akhirnya, kitalah yang merusak populasi kita sendiri. Sebegitu kebangetannya kebodohannya Homo sapiens ini.

Puas?
Yang jelas saya senang seri ini tuntas dan tidak dipanjang-panjangkan. Meskipun ranah fiksi ilmiah yang dirambah om Shusterman sudah semakin jauh dan tak terbayangkan, tetapi akar kecarut marutan umat manusianya tetap jadi sorotan.

Terjemahan buku pertama sudah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Dan saya amat merekomendasikan seri ini bagi seluruh penikmat fiksi ilmiah di berbagai belahan dunia maya maupun nyata. Super worth to read!!!

Ditunggu kesan pesan kehebohannya bagi yang telah membaca..bagi yang belum, ayo segeraaaa..^^


“...You can't expose a lie without first shattering the will to believe it. That is why leading people to truth is so much more effective than merely telling them....”
- Neal Shusterman -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...