“...A person’s never too old for stories. Man and boy, girl and woman, we live for them..."
- Roland Deschain -
Tim Ross (Lefty Ross, the other Gunslinger) and the Tyger (one of the guardians of the Beam)
Beberapa bulan lalu, perjalanan saya mengikuti jejak Roland Deschain, sang gunslinger terakhir dari Gilead bersama Ka-Tet nya: Eddie Dean, Susannah Dean, Jake Chambers, dan Oy, terhenti dengan cukup tenang setelah menghadapi urusan penyihir di Menara Kaca Hijau (curhatannya di sini). Saya pun beralih sejenak dari urusan perjalanan terseok-seok ke Dark Tower ini untuk beralih ke berbagai semesta lain. Namun, ketika paket buku yang datangnya begitu jauh dari benua biru sana hadir di kos setelah lebih dua purnama, saya memutuskan untuk kembali menuju menara.
Sampai di sini bagi bukan pembaca saga THE DARK TOWER bikinan om Stephen King, bole silakan mengernyit kalau kurang paham.
Roland, Eddie, Susannah, Jake, dan Oy melanjutkan perjalanan mereka menuju menara gelap mengikuti suatu 'arah' yang dikenal sebagai the Path of the Beam. Perjalanan mereka cukup tenang dalam buku berjudul THE WIND THROUGH THE KEYHOLE (THE DARK TOWER 4.5) ini. Buku ini sejatinya adalah novel stand alone yang dirilis om King paska seri DARK TOWER beres diluncurkan. Pada pengantar di awal novelnya, si om menjelaskan dengan cukup lengkap posisi kisah ini berada di mana.
Nah, Roland dkk 'hanya' menghadapi badai es mematikan yang disebut starkblast dalam novel ini. Mereka berlindung dalam sebuah rumah tua, dan sambil menghangatkan diri, Roland diminta menceritakan kisah masa lalunya kepada para gunslinger muda. Kisah yang dipilih Roland adalah kisah lanjutan paska dia menuntaskan misi di Hambry, Mejis (yang patah hati banget itu). Roland kembali ke Gilead, menghadap sang ayah, Steven Deschain untuk menerima misi selanjutnya. Misi lain di kota lain, Debaria, ditemani seorang gunslinger lain. Bukan Alain Johns atau Cuthbert Algoods, tapi Jamie deCurry.
Debaria, kota yang cukup kental suasana koboinya ini, dihantui oleh pembunuhan sadis dari sesosok makhluk setengah manusia-setengah monster yang disebut Skinman. Saking sadisnya, yang mati tu ditinggalkan tercabik, terkunyah, dan jumlahnya selalu lebih dari satu setiap serangan. Akhirnya, dalam satu pembantaian sebuah keluarga terpandang, Roland dan Jamie menemukan seorang saksi mata. Billy, si bocah lelaki anak koki rumah, ditemukan bersembunyi di semacam gudang saat penyerangan terjadi dan berhasil mengidentifikasi ciri khusus si pelaku. Ciri ini adalah sebuah tattoo khas yang hanya ditemukan pada kelompok orang tertentu.
Roland pun bekerja sama dengan Jamie dan rombongan keamanan lokal, menyebarkan berita, memancing si pelaku keluar dalam wujud manusia utuh. Upaya ini menuntut Billy harus berdiam dalam penjara, dijaga oleh Roland sendiri. Billy yang ketakutan setengah mati, akhirnya meminta Roland menguatkannya dengan menceritakan kisah keberanian.
THE WIND THROUGH THE KEYHOLE adalah kisah yang dipilih Roland untuk Billy. Kisah ini menuturkan keberanian dalam kemalangan seorang anak lelaki bernama Tim Ross paska ditinggal ayahnya, si penebang kayu. Tim harus menghadapi ayah tiri pemabuk, menjaga sang ibu, dan berhadapan dengan pria berjubah hitam (ya, yang selalu muncul dimana-mana itu). Petualangan Tim memasuki hutan gelap misterius sampai menjadi 'gunslinger' dalam waktu singkat dituturkan Roland dengan apik.
Cerita dalam cerita dalam cerita. Om King memang piawai. Petualangan Tim Ross ini membuka sistem Beam dan multisemesta yang disangga oleh berbagai unsur magis yang tersebar dalam saga DARK TOWER, sekaligus hampir keseluruhan novel-novel si om. Pertemuan Tim dengan salah satu penjaga dalam wujud harimau, pertemuan tim dengan sang penyihir, membuat saya yang udah baca berurutan serinya jadi gemaaaaass sekali. Rancang bangun multisemesta si om ini beneran menyebalkan bagusnya. Kita diajak mengumpulkan kepingan puzzle, nukilan-nukilan petunjuk, dan menyusun keterkaitan antar peristiwa dalam keseluruhan seri. Sinting, memang sinting.
THE WIND THROUGH THE KEYHOLE menjadi novel yang memberi jeda bernapas bagi pengikut Roland dan Ka-Tet nya. Sebelum menghadapi badai lain dalam THE WOLVES OF THE CALLA (DARK TOWER 5), novel ini memberikan masa istirahat yang memuaskan sekaligus menyiapkan diri akan kemana lagi Ka ini membawa kita.
Because ka is like the wind, my friend.
Yah, mari kita lanjutkan. Sungguh perjalanan membaca yang tiada duanya.
“...Time is a keyhole, he thought as he looked up at the stars. Yes, I think so. We sometimes bend and peer through it. And the wind we feel on our cheeks when we do - the wind that blows through the keyhole- is the breath of all the living universe...”
- Stephen King -
No comments:
Post a Comment