“schwa: The faint vowel sound in many unstressed syllables in the
English language. It is signified by the pronunciation "uh" and
represented by the symbol upside down e. For example, the e in overlook, the a in forgettable, and the o in run-of-the-mill.
It is the most common vowel sound in the English language.”
schwa symbol on the sofa |
Ketika mengoleksi karya dari salah satu penulis favorit menjadi sebuah prioritas dalam membeli buku, saya terkadang merendahkan ekspektasi. Kayak 'ya udahlah ya, yang penting punya buku bikinan beliau'. Nah, hal ini terjadi ketika saya menemukan dua judul dalam seri underrated bikinan Neal Shusterman, THE SCHWA WAS HERE dan ANTSY DOES TIME (ANSTY BONANO SERIES-1,2) di acara Big Bad Wolf tempo hari. Kedua buku ini terkesan biasa saja dengan sampul aneh dan tidak menggugah, epik pun tidak. Saya malah berpikir mau menimbun saja dulu, entar entar aja bacanya, yang penting udah punya.
Paska menyelesaikan kewajiban ini itu, nah entah kenapa saya tergerak membuka THE SCHWA WAS HERE, entah karena judulnya yang aneh, ditambah nama tokoh utamanya yang juga nggak biasa, Anthony 'Antsy' Paul Bonano, seorang remaja Brooklyn keturunan Italia-Amerika yang keknya biasa-biasa aja. Saya pikir ini bakal YA scifi atau apa sesuai genre umum buku bikinan om Shusterman yang pernah saya baca ( UNWIND DYSTOLOGY, THE ARC OF SCYTHE SERIES, DRY, CHALLENGER DEEP). Tak tahunya, wah, Antsy melts my hearts, effectively, right in the feels.
Dituturkan melalui sudut pandangnya Antsy, THE SCHWA WAS HERE membawa kita kepada situasi canggung di mana seorang remaja bernama Calvin Schwa tetiba muncul dalam kehidupan Antsy. Saat Antsy dan kedua sohibnya, Ira dan Howie sedang melakukan uji coba penghancuran prototipe manekin bikinan perusahaan tempat ayahnya Antsy bekerja, Calvin Schwa seperti muncul begitu saja dari udara kosong.
Calvin Schwa selama ini di sekolah dikenal sebagai 'the Schwa'. Sesuai definisi yang saya tulis di awal, Calvin mendapatkan gelar ini karena dia terkesan tidak terlihat tapi ada. Antsy dan teman-temannya bahkan melakukan penelitian kuantitatif sederhana, dan menyimpulkan bahwa empat dari lima orang murid di kelas tidak ada yang sadar kalau Calvin ada dalam ruang kelas. Mengherankan bukan? Apakah ini fenomena metafisika? Distorsi gelombang cahaya? Ilusi optik?
Ketika saya sudah mikir jauh kemana-mana dalam ranah scifi, ternyata om Shusterman membawa keseruan kisah ini dalam situasi realistic fiction yang menghibur dan menghangatkan. Saya bukan penikmat genre ini, terus terang. Tapi kisah Antsy dan Calvin yang meluas hingga melibatkan pria tua kaya eksentrik dan pemarah, gadis tunanetra mempesona yang pandai menakar isi hati, dan konflik keluarga Ansty, masa lalu Calvin, serta hiruk pikuk masa sekolah menengah.
aneh kan sampulnya |
Kelakuan Antsy yang slengek-an tapi niatnya baik ini mengingatkan saya pada kisah-kisah menghangatkan dalam film semodel LITTLE MISS SUNSHINE, dan buku-buku seperti THE PERKS OF BEING WALLFLOWER-nya Stephen Chbosky dan seri MIDDLE SCHOOL-nya James Patterson (Rafe Katchadorian kalau lebih loud dan berani ngomong sih keknya mirip Antsy). Saya dibawa menjadi saksi keributan Antsy dan Calvin dalam menemukan kebenaran terkait mengapa Calvin 'diabaikan dan tidak terlihat'. Dan ini cukup dalam, sampai berkaca-kaca. Saya merasa sedih dan hangat sekaligus, melunak dan meleleh.
ANTSY DOES TIME membawa kisah Antsy dengan sahabat barunya yang lain, cowok Swedia bernama Gunnar Umlaut. Saya awalnya mikir ini bakal ada time travelling atau apa. Eh ternyata kali ini Antsy terpojok dengan situasi Gunnar yang punya masa hidup terbatas akibat suatu penyakit paru langka. Menariknya, sekali lagi Antsy harus berhadapan dengan kebenaran-kebenaran tidak menyenangkan, penerimaan, serta takdir. Proyek 'mengasihani' Gunnar justru menjadi keributan lain yang meluas juga. Melibatkan urusan senior cantik, bisnis restoran keluarga, tante menyebalkan, sampai rumput tetangga yang layu.
untungnya seragaman vibe-nya yang kupunya |
Saya terkesan sekali dengan cara om Shusterman menuliskan kisah ini. Pendek-pendek nggak sampai 300 halaman untuk tiap buku. Nggak bisa nahan diri untuk nggak menyelesaikannya. Seolah-olah kita jadi kepo sekali pingin tau gimana kisahnya Antsy hari ini. Pesan moralnya juga banyaaak, quotable pula. Saya aja yang malas nandain. Lucunya, si Antsy ini kocak. Bahkan si bocah, adek saya yang nggak doyan baca novel jadinya tertarik ikut membaca buku pertamanya, sejauh ini dia senang dan banyak ketawa. Agak surprised aja ternyata ini nggak gloomy kelam apokaliptik gimana gitu. Sederhana dan membahagiakan.
Apa yang Antsy jalani, yang dia pilih, yang dia lakukan untuk teman dan keluarganya kadang bikin saya iri. Antsy punya keberanian dan ketulusan yang tidak ada pada diri saya. Tak ayal kedua buku ini melelehkan kebekuan dalam hati pembaca dan tanpa sadar menghangatkan dengan cara yang tidak biasa. Kayak minum teh di waktu hujan.
Recommended?
Tentu saja. Mau dibilang bias atau gimana, saya menyodorkan seri underrated ini pada anda penikmat karya Neal Shusterman atau bukan. These are gems and I hope Antsy will melt your hearts too.
PS: semoga saya segera bersua dengan buku ketiganya, SHIP OUT OF LUCK.
“...Life is like a bad haircut. At first it looks awful, then you kind of
get used to it, and before you know it, it it grows out and you gotta
get another haircut that maybe won't be so bad, unless of course you
keep going to SuperClips, where the hairstylists are so terrible they
oughta be using safety scissors, and when they're done you look like
your head got caught in a ceiling fan. So life goes on, good haircut,
bad haircut, until finally you go bald, and it don't matter no more.
I told this wisdom to my mother, and she said I oughta put it in a
book, then burn it. Some people just can't appreciate the profound...”
- Neal Shusterman -
No comments:
Post a Comment