Akhirnya saya menulis lagi di minggu pertama November yang cukup melelahkan ini. Bukan hanya karena aktivitas harian, tetapi juga bacaan melelahkan yang barusan saya selesaikan. Still, chill ran on my spine.
Jadi saya baca apa ?
Begini, tahun lalu (tepatnya akhir tahun), saya mendapatkan dua buah buku berjudul Di Bawah Kubah, bikinan om Stephen King yang tersohor itu. Buku ini udah dibikin serial tipi (ga niat nontonnya tapi), dan tergolong buku sukses om King seperti yang lainnya. Di Bawah Kubah alias Under The Dome adalah suatu novel panjang yang terpaksa dibagi dua, menceritakan suatu keganjilan mengerikan yang terjadi di sebuah kota bernama Chester's Mill, yang tiba-tiba ditutupi oleh kubah gigantis transparan di tengah terang benderangnya hari.
Ini Kubahnya, saya googling |
Sekitar empat ribu penduduk terkurung di dalam, nggak bisa keluar. Dan semuanya mencoba menghancurkan kubah dari luar maupun dari dalam. CHAOS, jelas saja. Kubah antah berantah ini gak bisa dirudal, ga bisa ditembakin, yang ada malah memantul. Membentang menutupi keseluruhan kota. Semacam tudung saji raksasa.
Seperti biasa sejalan dengan ke-bego-an manusia, selalu ada aja keparat (sori), yang berusaha mengambil keuntungan dari situasi gila begini. Kelakuan umat manusia di dalam kubah ini begitu mengerikan, kesintingan, problema sosial politik, segala kelakuan ganjil dan abnormal nongol kayak keran bocor. Dan hanya beberapa yang berusaha waras untuk mencari sumber Kubah dan mencoba menyelamatkan keadaan sebelum semuanya terlambat.
Khas om King sih ya, meskipun saya baru baca Carrie selain Under The Dome ini. Situasi dalam buku ini begitu berat, pekat menyesakkan, terjebak, rasanya ikutan nggak waras. Segala pemaparan detail tokoh-tokohnya yang ratusan begitu terhubung dengan baik. Aspek kecil manis minimalis pun masih ada. Dan tentunya elemen fiksi ilmiah yang bikin saya terperangah. Overwhelming. Merinding banget. Saya merasa berdosa, merasa begitu kecil, dan saya menulis ini sambil liat jauh ke langit biru via jendela kamar. Mikir, siapa tau tiba-tiba ada semacam kubah juga yang turun menutupi kota. I know i'm getting insane because of this book. Tapi yakinlah, kalau kalian baca buku ini, perasaan itu akan muncul, meruap ke permukaan, mengintai dengan perlahan.
Buku ini adalah salah satu bentuk keganjilan yang saya alami di awal bulan ini. Susah payah menamatkannya, berhenti sejenak untuk menarik napas, lalu dengan absurdnya membaca lagi. Aneh sekali. Saya juga tidak mengerti, kadang menyelesaikan buku yang 'menyiksa' begini menjadi suatu kepuasan tersendiri. Dan ini berbahaya. Buku-buku karya Om King itu banyak sekali, kebayang aja kalau saya mulai tergoda untuk mengoleksinya. Saya nggak akan bisa keluar dari Kubah Adiksi-nya, wishlist akan tambah panjang, melebar, seiring dengan kekalapan perbukuan yang tidak ada habisnya.
Sebelum saya meracau lebih jauh, ada baiknya saya menutup tulisan ini dengan sedikit keanehan lainnya. Berikut cuilan gambar Doctor Strange, superhero ganteng yang mempertahankan multisemesta (dengan tingkat kepusingan visual yang lumayan saat menontonnya) serta geng seri Stranger Things dalam petualangan di Upside-down World yang baru juga saya selesaikan menontonnya setelah nge-hits sekian lama. (ini ditambah-tambahin aja supaya hati agak bahagia sikit.)
Doctor Stephen Strange, si ganteng yang diperankan aktor favorit saya, babang Benedict Cumberbatch |
Mike, Dustin, Lucas, dan Eleven dari seri Stranger Things-nya Netflix yang sukses besar |
Selalu ada yang aneh dan ganjil di luar sana. Kadang, membuka mata lebar-lebar pun tidak mampu untuk memahami semua kebenarannya.
ADIOS...(masih mikir bakal baca buku Om King yang lain atau tidak, yang jelas si om memang sesuai reputasinya)
P.S : Khusus Doctor Strange akan ada sekuel pilemnya, dan Stranger Things akan ada tayangan musim keduanya, jadi segala keganjilan akan berlanjut dengan serunya. ^^
No comments:
Post a Comment