"...Never
do anything by halves if you want to get away with it. Be outrageous.
Go the whole hog. Make sure everything you do is so completely crazy
it's unbelievable...”
- Matilda -
Menjadi
pembaca di negeri yang katanya memiliki minat baca cukup rendah
seantero dunia, adalah sebuah hobi yang kadang membuat frustrasi. Kalau
soal stereotip, sudah pernah dan masih pernah dialami. Kenapa sih beli
buku terus ? Kenapa sih heboh banget soal buku-buku ? Berapa duit sih
yang dihabiskan buat belanja buku ? O please people, mind your own business. I didn't do any harm to your daily life's drama.
Ada perjalanan membahagiakan dan indah dikenang dalam pergulatan hobi
ini. Dan kisah hobi pribadi ini berasa muncul dalam bentuk perjalanan
seru seorang anak bernama Matilda.
MATILDA,
adalah buku anak legendaris bikinan Roald Dahl, seorang penulis
kenamaan yang menginspirasi banyak kalangan. Menceritakan seorang anak
lima tahunan jenius yang hobi membaca. Mulai dari bacaan untuk umurnya.
Sampai novel-novel klasik yang saya sendiri sampai sekarang belum niat
membacanya. Malang, Matilda terjebak dalam keluarga yang tidak suportif.
Keluarga yang berpikir bahwa anak perempuan gak usah pintar-pintar
amat.
Berdasarkan analisis sok tau saya setelah membacanya, Roald Dahl menyisipkan isu-isu yang cukup happening meskipun
saya baca buku ini nyaris 30 tahun setelah pertama kali terbit.
Feminisme, jelas cukup berasa, dimana Dahl mencoba mengemukakan
perlakuan yang diterima Matilda di rumah, yang dipaksa untuk nonton TV.
Gak usah membaca. Saya sampai greget ketika ayahnya merobek buku
Matilda. It's a crime.
Kemalangan
Matilda berlanjut di sekolah. Kepala sekolah Matilda yang bernama Mrs
Trunchbull adalah versi lain dari Dolores Jane Umbridge (Mantan Kepsek
Hogwarts yang entah masih di Azkaban atau indak sekarang), melakukan
metode gila ala abad pre-renaissance dalam menjalankan pendidikan
harian di sekolah. Keberadaan Miss Honey, guru baik hati yang menjadi
wali kelas Matilda, tidak cukup membantu mengurangi kemalangan anak-anak
ini. Namun Matilda adalah anak cerdas. Dengan pintarnya, Matilda
mengubah situasi menjadi menguntungkan dan jelas membawa akhir yang
bahagia untuk kisah ini. Hal ini meyakinkan kita bahwa bookworm is dangerous enough.
Matilda
mengingatkan saya betapa bahagianya memiliki hobi membaca. Frustrasinya
muncul ketika kalap dan bokek. Atau digantung oleh si pengarang dalam
suatu kisah berseri. Nah, alhamdulillah kedua orangtua saya telah
memfasilitasi hobi ini sedari TK. Saya dibawa familier dengan majalah
Bobo dan Donal Bebek. Meskipun ketika masa-masa berat krisis finansial
keluarga saya harus menahan diri, tapi saya tidak dilarang untuk
membaca. Saya cuma diingatkan untuk berusaha sendiri memiliki bacaan
yang saya inginkan. Well it's worth it. Efeknya ketika udah bekerja, belanja buku adalah prioritas utama selain makanan dan bensin.
Versi ini yang saya punya |
Versi
bahasa Inggris dari MATILDA memiliki bahasa yang ringan dan gampang
diserap. Memang kontennya kadang bisa dibilang tidak masuk akal dalam
beberapa aspek. Seperti kekejaman Mrs Trunchbull yang kalau terjadi di
dunia nyata, sudah jelas bisa merenggut nyawa. Roald Dahl menyampaikan
bentuk kengerian ini dalam balutan gelak tawa. Dan saya harus
menyingkirkan mode nyinyir dan thinking too much terhadap kisah
ini. Baca dan nikmati. Hangat dan mengingatkan saya kembali. Mengapa
saya memilih hobi ini, mengapa saya bisa begitu mencintai para buku
dalam lemari. Merasakan kebahagiaan dengan membuka segel buku baru,
endus-endus, dan menyusun kembali para buku. Freak ? I know. But I won't apologize for that.
MATILDA
menjunjung hobi membacanya sebagai identitas, kebutuhan, dan sumber
kebahagiaan. Saya rasa inilah yang membuat saya tersentuh. Memiliki hobi
memang membuat semua jadi lebih tertanggungkan di masa duniawi yang
singkat ini. Dan hobi membaca adalah bentuk anugerah yang patut
disyukuri. Cara bersyukurnya ? Yuk tetap terus membaca. (Kalimat ini
dianggap agak berlebihan bagi yang timbunannya belum abis-abis ^^)
So why do you love to read anyway ?
Roald Dahl said :
“The
books transported her into new worlds and introduced her to amazing
people who lived exciting lives. She went on olden-day sailing ships
with Joseph Conrad. She went to Africa with Ernest Hemingway and to
India with Rudyard Kipling. She traveled all over the world while
sitting in her little room in an English village.”
“So
Matilda’s strong young mind continued to grow, nurtured by the voices
of all those authors who had sent their books out into the world like
ships on the sea. These books gave Matilda a hopeful and comforting
message: You are not alone.”
Dan sekarang anda tahu kenapa hobi ini berharga.
“...I
declare after all there is no enjoyment like reading! How much sooner
one tires of any thing than of a book! -- When I have a house of my own,
I shall be miserable if I have not an excellent library...”
- Jane Austen -
Love to read until death ya Mak
ReplyDelete