"...The most dangerous kind of man is not the one who spent his youth shoving others around. That kind of man gets lazy, and is often too content with his life to be truly dangerous. The man who spent his youth being shoved around, however … When that man gets a little power and authority, he often uses it to become a tyrant on par with the worst warlords in history..."
- Professor Fitch -
Sebelum memulai masa pendidikan, saya menghabiskan waktu berharga dengan cara berleha-leha sambil membaca. Hobi saya yang biasa. Nah, waktu berkunjung ke rumah papaGentur, bos geng admin tempo hari, saya berhasil meminjam sebuah buku milik beliau berjudul THE RITHMATIST, bikinan tak lain tak bukan dari Brandon Sanderson nan nyebelin. Buku-bukunya Brandon Sanderson masuk ke dalam wishlist selain penulis lain. Kita sudah tau, beliau adalah jenis penulis produktif yang berurusan dengan multi-genre dari fantasi. Mulai dari high fantasy sampai jenis yang menyebalkan bikin pingin bakar rumah (ALCATRAZ AND THE EVIL LIBRARIANS), dengan penjelasan yang cukup mumpuni. THE RITHMATIST merambah subgenre lain dari fantasi, yang sepertinya jarang saya baca, yakni steampunk/gearpunk.
Genre ini berpusat kepada keterlibatan teknologi mesin uap yang berkelindan dengan fantasi, meskipun dalam THE RITHMATIST belum terlalu terasa. Genre serupa bisa ditemukan di THE HUNGRY CITY CHRONICLES nya Philip Reeve (belom punya dan belom niat membaca). Yang jelas, Sanderson menggunakan semesta alternatif untuk penggambaran setting di THE RITHMATIST. Semesta alternatif yang digunakan adalah Benua Amerika versi The United Isles, bukan United States.
The United Isles Map |
Rithmatist adalah orang yang mampu 'menghidupkan' gambar atau apapun yang dibuat dengan menggoreskan kapur tulis ke lantai dalam pola dan bentuk tertentu. Tidak semua orang punya kemampuan ini. Sejarahnya pun samar-samar, mengenai kenapa seseorang bisa jadi Rithmatist, kenapa tidak. Anak-anak yang memiliki kemampuan ini nantinya akan disekolahkan ke 8 akademi yang tersebar di penjuru United Isles, pilih saja salah satu. Nantinya setelah menyelesaikan pendidikan, para Rithmatist ini harus mengabdi di pulau Nebrask, sebuah tempat misterius dimana terjadi pertarungan tanpa akhir melawan wild chalkling.
Apa pula itu ?
Chalkling adalah makhluk yang terbuat dari gambar coretan kapur tulis seorang Rithmatist, digerakkan sesuai perintah sang penulis. Sementara itu di Nebrask, kumpulan chalkling hadir liar dan membantai manusia, tanpa diketahui siapa yang mengendalikan. Oleh sebab itu manusia biasa dan para Rithmatist mengisolasi para wild chalkling ini di Nebrask dalam pertarungan tiada akhir.
Ada empat dasar garis yang diketahui dalam Rithmatics, yakni Line of Forbiddence berupa garis lurus untuk menghalangi serangan apapun, Line of Vigor, yakni garis bergelombang untuk penyerangan, Circle of Defense untuk melindungi si Rithmatist di dalamnya, dan Line of Making yang digunakan untuk membuat chalkling. Sanderson memuatnya di dalam buku secara cukup terperinci, macam geometri.
Tokoh utama kita adalah Joel Saxon, seorang pemuda non Rithmatist yang bersekolah di Armedeus Academy di New Britannia. Joel ini pengen banget jadi Rithmatist, dan dia jago sangat dalam hal menggambar dengan presisi. Namun apa daya, gambar kapur tulis yang dia bikin nggak bisa berfungsi dan hidup seperti bikinan para Rithmatist. Namun hal ini tidak menyurutkan niat Joel untuk tetap belajar, meskipun diam-diam.
Para Rithmatist ini sangat eksklusif. Meskipun mereka berada satu kampus dengan non Rithmatist, perlakuannya jelas beda. Tapi tidak ada bullying maupun tindakan kekerasan, hanya saling urus kepentingan masing-masing.
Masalah mulai muncul ketika satu per satu murid menghilang. Dan para murid ini sepertinya menghilang setelah mati-matian duel dengan si penculik. Duel ala Rithmatist yang jelas, bertarung dengan bentuk defense offense masing-masing (dijelaskan dalam bentuk gambar di buku). Hal ini membuat Joel penasaran, dan kebetulan dia ditempatkan sebagai asisten Profesor Fitch yang canggung namun brilian untuk mengungkap kasus ini.
Bersama seorang Rithmatist muda ceroboh bernama Melody Muns, Joel mencari penyebab keganjilan ini. Sementara itu ancaman perang, teror, serta instabilitas politik membuat kisah ini jadi pelik. Dan Sanderson memang penulis brilian. Pengungkapan demi pengungkapan yang terjadi di beberapa halaman terakhir buku membuat kita cukup terperangah dengan kompleksitas kisah yang belum jelas kapan nongol lanjutannya ini (padahal judulnya sudah ada, The Aztlanian).
Lalu dimana elemen steampunk-nya ?
Digambarkan dalam kisah ini bahwa penggunaan mesin-mesin telah menggantikan penggunaan hewan terutama untuk alat transportasi. Ditambah lagi chalkling sepertinya rentan dengan adanya gear-gear mesin yang berputar di dekatnya, ini belum ada penjelasannya, berkaitan dengan asal usul kemunculan kekuatan Rithmatist itu sendiri.
Ketidaksederhanaan kisah ini membuat saya sekali lagi mengapresiasi cara berpikir Sanderson dalam kisah-kisahnya. Semesta alternatif bikinan Sanderson dalam THE RITHMATIST ini ternyata berkelindan dengan sejarah yang ada di semesta kita. Sanderson memang butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan pembuatan buku ini, selain untuk merancang plot dan setting yang baik, beliau diketahui juga harus menyelesaikan saga WHEEL OF TIME yang dihibahkan kepadanya oleh Robert Jordan.
Recommended ? Sangat.
4.5 dari 5. Sayangnya kita belum tau kapan lanjutannya akan muncul. Sanderson ini penulis sibuk. Ada aja yang dikerjain kan ya. Namun THE RITHMATIST tidak diakhiri dengan ending yang bikin lempar kulkas, namun tetap menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Sungguh mengesankan.
"...school is about learning to learn. If you don’t practice studying things you don’t like, then you’ll have a very hard time in life..."
- Brandon Sanderson -
No comments:
Post a Comment