“...That was one way in which the sexes had never been equal; they were not equally dangerous...”
- Stephen King -
Beberapa waktu lalu, MasJun membelikan saya novelnya om King yang dibikin duet dengan anaknya - Owen King, berjudul SLEEPING BEAUTIES (2017). Selain karena saya adalah budak cintanya om King, judul novel stand alone ini tentunya mengingatkan khalayak pada dongeng ternama tentang Putri Tidur yang harus dikecup sang pangeran biar bangun. Namun, dalam kisah kompleks ini, jangan coba-coba membangunkan. You'll end up dead.
Seperti biasa, tebalnya sekitar 699 halaman, dengan jumlah tokoh yang banyak dan saling berkelindan. Menarik tentunya, semakin tebal semakin seksi. Ada hawa CASUAL VACANCY-nya tante Rowling dan ada rasa-rasa UNDER THE DOME di sini. Kalau belum baca, silakan melipir sana. Lantas bagaimana kesan keseluruhan? Yok disimak curhatan ini sampai tuntas.
Tidak ada yang tau entah kapan mulainya, tetapi seantero dunia (yap, seantero, tiada terkecuali) mengalami kegaduhan akibat wabah AURORA. Wabah ini secara spesifik hanya menyerang manusia dengan kromosom kelamin XX alias wanita, yang mana sang wanita tertidur lalu entah darimana terbungkus oleh semacam kepompong putih sutra. Wanita-wanita ini tidak bisa dibangunkan, dan apabila dirobek itu kepompong, mereka akan ngamuk dan menyerang habis-habisan siapapun yang cukup berani melakukan hal tersebut. Setelah yang membangunkan tiwas, si wanita akan bobo lagi, kepompongnya utuh kembali, dan mereka lanjut tidur damai dalam selubung seolah tiada yang terjadi.
Dooling adalah sebuah kota kecil di wilayah Appalachia USA yang entah mengapa menjadi pusat dari kisah ini. Mengapa demikian? Seorang wanita bernama Eve Black muncul dari hutan setempat dan ternyata memiliki kekuatan supernatural yang membuat sheriff Lila Norcross kebingungan. Eve tahu segala, terlihat amat memukau, bijaksana, namun berbahaya. Sementara Lila adalah wanita tangguh yang mengontrol keamanan satu kota Dooling. Merasa bahwa ada sesuatu yang di luar kemampuannya, Lila lalu membawa Eve ke penjara wanita, tempat suaminya bekerja, psikiater Dr.Clint Norcross.
Kondisi semakin menarik karena semua wanita mulai tertidur. Berbagai stimulan digunakan untuk tetap terjaga, tetapi faktanya, manusia butuh tidur. Situasi semakin memburuk, para pria mulai putus asa. Akan tetapi, Eve Black yang sudah masuk dalam pengawasan Dr.Norcross, bisa tidur enak lalu bangun lagi tanpa diselimuti kepompong. Hal ini menimbulkan keributan. Serombongan pria dipimpin Frank Geary mulai merencanakan untuk 'menculik' Eve dari penjara. Tujuannya jelas: para pria ini butuh kepastian, butuh penjelasan, apa yang menimpa istri-ibu-anak perempuan mereka, dan bagaimana membangunkan mereka kembali tanpa diikuti kengerian.
Dr.Norcross berhadapan dengan dilema. Eve menjelaskan tujuan keberadaannya yang tidak masuk akal namun meyakinkan. Bila Eve terbunuh, dunia akan kolaps. Eve harus dipertahankan. Hal inilah yang memicu 'perang' terjadi di Dooling.
edisi hardcover, makasih ya masjun |
Isu feminisme, masalah-masalah kesehatan mental, penjelasan latar belakang masing-masing tokoh, dari yang normal sampai yang sangat-sangat fucked up memang jago dipaparkan dalam kisah ini. Semua tokoh yang banyak ini punya peranan. Bahkan ada sudut pandang seekor rubah yang terlibat menjadi 'agen alam' untuk mengantarkan pesan.
Apa yang diimpikan para wanita dalam lindungan kepompongnya?
Nah, kondisi para wanita di 'alam mimpi' juga digambarkan dengan rinci, aneh, namun indah. Keteraturan yang terjadi di dunia lain tanpa lelaki ini membuat wanita betah dan besar kemungkinan mereka enggan bangun, dan enggan kembali.
Namun, pria butuh wanita, wanita juga butuh pria. Penjabaran equality dalam rasa fantasi membuat kisah ini layak diikuti. Memang ketebalannya cukup ngeri, tetapi ada alasan dan jabaran yang penting dalam keputusan masing-masing tokoh.
Akhir kisah, apakah para sleeping beauties terbangun dengan cantik oleh kecupan pangeran masing-masing?
Ahahaha, hold your ordinary thought. Resolusi ada, tetapi, ada harga dalam setiap perbuatan. Kelindan takdir berperan besar. Tidak ada yang kembali sama.
Oom King dan Owen King mencoba mengerti perasaan perempuan dan beban yang mereka tanggung tanpa serta merta menyudutkan posisi mereka sebagai lelaki. Semua manusia berdosa. Pria maupun wanita. Kita semua punya peranan, meskipun jelas kita berbeda.
Well, it's a nice reading session.
Pesan moral tambahan, jangan sembarangan bangunin cewek yang tertidur, ahahaha. Tampaknya kisah putri Aurora dan pangeran Philip bukanlah contoh yang baik. Nyatanya mungkin versi dark fairytale dari Grimm Bersaudara bisa jadi acuan yang lebih sesuai. Atau buku ini akan jauh lebih menyenangkan, dengan diksi lengkap dan pemaparan realitas yang bikin ngeri-nyeri sedap. Yah, novel fantasi untuk pembaca dewasa memang berbeda. Yok baca.
Kayaknya seru ini novel kalau dibikin pelem. Bakal ribut lah. Tapi sinematografinya pasti akan sangat artistik.
“When had men not been mystified by women? They were the magic that men dreamed of, and sometimes their dreams were nightmares.”
No comments:
Post a Comment