R.A.F.E (Rules Aren't For Everyone)

“...There’s only one problem: Bullies, it turns out, don’t read too much. I guess reading really isn’t a job requirement in the high-paying fields of name-calling, nose-punching, and atomic-wedgie-yanking...”

- Rafe Katchadorian -

Rafe dan teman-teman satu kabin

Hai..

Dalam beberapa waktu terakhir, saya sepertinya kebanyakan urusan dan distraksi sehingga menelantarkan blog ini. Mohon maaf ya blog, kali ini saya akan menulis lagi. Tetap receh curhatan tidak terlalu penting seperti biasa. 

Kisah kali ini diperoleh dari hasil berburu pas presale BIG BAD WOLF Jakarta 2019 beberapa hari lalu dan saya menemukan beberapa wishlist yang menjebol dompet. Tapi it's worth it. Rehat dunia nyata yang super menyenangkan. Semacam highlight di awal tahun 2019 yang dibanjiri oleh beraneka keributan dunia maya, perpolitikan, plus kerusakan tiada habis bikinan seantero umat.

Baca apa kali ini?

MIDDLE SCHOOL: HOW I SURVIVED, BROCCOLI, AND SNAKE HILL adalah judul kesekian dari kehebohan yang dibuat oleh tokoh lawak kita, Rafe Katchadorian. Rafe seperti biasa harus pindah sekolah lagi dan lagi, lalu berakhir di sebuah kemah musim panas Wannamora di Snake Hill, yang mungkin banyak ularnya (idih). Rafe harus masuk ke rombongan outsiders di kabin Muskrat. 

Apa yang menarik dari kisah Rafe di bukit geje ini?

Selain kekacauan harian yang biasa ala si Katchadorian, Rafe mesti berhadapan dengan perundungan (bullying) yang dialami oleh orang lain. Rafenya sih udah kebal keknya. Rafe cukup sakit hati dengan perlakuan kelompok superior di kabin sebelah yang hobinya menyiksa anggota kabin Muskrat dengan berbagai bentuk kelakuan.

Rafe adalah anak yang berhati baik. Terlepas dari kesembronoannya, Rafe akhirnya bertekad untuk melawan segala bentuk kejahatan ini dengan caranya sendiri. Kali ini Rafe melakukan persuasi dengan mumpuni kepada rekan-rekan sekabinnya untuk melawan. Perlawanan yang membutuhkan pengorbanan dari Rafe sendiri. 

MIDDLE SCHOOL adalah kisah gampang dicerna yang kadang absurd namun tetap punya pesan-pesan baik bagi pembacanya. Topik bullying yang diangkat om Patterson dalam buku keempat dari seri ini menunjukkan betapa seringnya perundungan terjadi. Mau itu verbal maupun fisik, perundungan ini tetap menyakiti dan membuat korbannya merasa terpuruk. Budaya bullying menjadi semakin tidak asing saat ini, meskipun hanya dalam bentuk komentar di media sosial.

Lantas siapa yang salah?

Bisa jadi kekurangan kemampuan refleksi diri membuat banyak di antara kita berpikir bahwa sah-sah saja mentransfer rasa frustasi kita kepada orang lain dengan merasa bahwa orang itu akan baik-baik saja. Well, seorang Rafe yang tidak suka peraturan pun nyatanya punya bentuk rasionalisasi yang lebih baik. Melawan segala bentuk bullying dengan mengabaikan segala peraturan di kemah musim panasnya, lalu tidak terelakkan berhadapan dengan orang dewasa (yang tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa) dan segala kediktatoran irasionalnya.

Rules Aren't For Everyone...

Hal menarik dari seri MIDDLE SCHOOL yang terkesan remeh temeh ini adalah kemudahan pesannya masuk ke otak ditambah dengan ilustrasi-ilustrasi kreatif yang menggelikan namun kadang bikin pusing. Rafe tetap konsisten dengan kecendrungan melalaikan peraturan bikinan pihak berwenang, untuk alasan-alasan yang awalnya terlihat sepele, namun punya makna lebih dalam dari pada yang terlihat.

ini nemu di BBW

Tentunya banyak di antara kita (mungkin termasuk saya sendiri), yang masih tidak sadar kalau setiap hari selalu membully hanya karena banyaknya perbedaan yang kita temukan di sekitar. Mulai dari perbedaan selera bacaan sampai urusan penghasilan. Apakah tidak lelah? Apakah ndak pengen hidup tenang?

Well, manusia kayaknya doyan keributan. Saya sih tim nonton orang ribut. Belum punya keberanian seperti Rafe yang berani mendobrak batas untuk memperjuangkan hal-hal yang prinsipil.

“...What if the kid you bullied at school, grew up, and turned out to be the only surgeon who could save your life...?”

- Lynette Mather -