August 10, 2016

Terperangkap dalam Jalinan Benang Sutera

Hai..
Dengan judul norak bombastis seperti biasa, kali ini saya akan mengulas perasaan saya setelah membaca dua novel yang cukup menyita perhatian di awal Agustus 2016 ini. Kenapa menyita perhatian ? Karena saya cukup thrilling dan excited saat membacanya. Yuklah dibahas.

Mengusung tagline : A new dawn, A new desert, maka munculnya novel baru yang terbit Februari 2016 ini lumayan berhasil. Sampul depannya yang cakep banget udah bikin kesan magis tersendiri. Jadi novel ini masuk daftar wishlist saya (yang ga jelas seberapa panjang), berharap diterjemahkan. Eh taunya saya memang suka kecipratan serbuk keberuntungan. Sebuah kado ulang tahun (ultahnya saya bulan Mei ya, kalo masi mau kasih kado, boleh aja) dari sahabat saya ternyata isinya buku cantik ini (see, bahagia banget kan.)

magis dan megah banget covernya
Saya memang punya semacam ketertarikan tersendiri terhadap cerita-cerita berlatar padang pasir. Mulai dari Arabian Nights alias kisah 1001 Malam yang terkenal itu (yang mana diretelling oleh Renee Ahdieeh dalam dwilogi  THE WRATH AND THE DAWN - curhatan menyusul kalau udah baca buku keduanya), THE SOLOMON RING (prekuel-eh bukan-cerita si jin Bartimaeus di zaman Ptolemy), dan tentu saja THE GOLEM AND THE JINNI karya Helene Wrecker yang bikin hati empot-empotan saking terpikatnya. Kemagisan padang pasir ini memang sudah selayaknya dimanfaatkan menjadi cerita cerita bagus.

Nah, di REBEL OF THE SANDS karya Alwyn Hamilton (yang katanya bakal trilogi-cih,menunggu deh lanjutannya), mengusung tokoh utama cewek (lagi trend nih) yang menolak dipaksa menikah, dan pengen mencari peruntungan di kota besar, escaping, dan menemukan kembali adik dari ibunya yang telah meninggal. Amani, nama tokoh utama kita, jago tembak, cantik tentu saja (cuma ketutupan pasir keknya-ups,garing), harus berjuang keluar dari kungkungannya. Awalnya saya agak bosen, karena tokoh heroine di buku jaman kini banyak banget. Yang ini apa bedanya ?

Dan skeptisnya saya kejawab. Buku ini penuh aksi, belum lagi tokoh-tokoh cowok misterius (dan ganteng bikin meleleh) nongol satu persatu. Belum lagi akhirnya Amani akan terseret dalam pemberontakan kekuasaan yang sah terhadap Raja. Yang saya suka, jalinan entitas gaib dan sihir di buku ini sangat Arabian sekali. Deskripsinya lumayan creepy dan old. Dan saya berharap akan dieksplor lebih banyak di buku keduanya nanti. ( Ada Buraq dan Jin Pasir berbagai bentuk yang sering muncul dalam dongeng-dongeng). Such a magical adventure.


Supaya judul postingan ini nyambung, maka saya akan melanjutkan curhatan mengenai buku kedua yang saya baca selanjutnya. Akhir Juli kemarin pada heboh fanfiksi Harry Potter yang mendunia (dan saya keukeuh ga suka plotnya), nyatanya saya malah membaca buku karya JK Rowling yang lain, dalam nama penanya Robert Galbraith. Buku kedua seri THE CORMORAN STRIKE : THE SILKWORM. Telat sih bacanya, karena buku ini sudah nongol di akhir tahun 2014 lalu.

Ulat Sutera
Tumben saya telat bacanya. Honestly, saya agak kesulitan dengan buku-buku bergenre detektif. Selama ini saya cuma cocok dengan Lima Sekawan saja. Dan saya sudah membaca seri pertama buku ini, THE CUCKOOS CALLING, yang saya tamatkan susah payah dan agak kecewa. Sehingga ke-skeptis-an saya berlanjut. Berkat racun reguler dari rombongan teman-teman di grup PNFI (Penggemar Novel Fantasi Indonesia), semacam komunitas penguras dompet terbesar, saya akhirnya memutuskan membaca si ulat sutera.

Dan saya terperangkap. Buku kedua ini jauuuuuh lebih seru dibanding buku pertamanya. Si Cormoran jadi semakin memikat (dan saya jadi naksir). Kasus pembunuhannya sadis artistik. Belum lagi kelugasan serta kevulgaran kata-katanya beneran bikin terjerat.

Saya tidak terlalu kaget dengan plot twistnya (sombong). Tapi cara deskripsi, penulisan, penokohan yang ramai ini sungguh memikat. Maka saya sukses menuntaskan buku ini, lalu berharap ada yang mau membelikan buku ketiganya (CARRIER OF EVIL), yang mahal itu. Saya agak gemes gimana gitu melihat hubungan si Cormoran dengan Watson-nya, Robin Ellacott yang pintar dan mempesona. Meskipun dalam hati, saya lebih setuju mereka jadi macam Sherlock-Watson saja (promo : Sherlock BBC nongol 2017 loh ya, ada babang Bennedict Cumberbatch ganteng).

Sebenarnya saya membaca juga buku-buku lain (Donal Bebek edisi ulangtahun, Balada si Roy - ini reviewnya nanti sekalian aja kalo udah tamat semuanya, Matahari-nya Tere Liye --ikut pendapat si gondrong aja). Akan tetapi, dua buku inilah yang berkesan di awal Agustus ini.

Mari kita nantikan buku-buku lain yang akan membuat histeris, dimana kabarnya Agustus pertengahan hingga awal September akan hadir di lemari saya.
Sekian.

2 comments:

  1. Yap, benar sekali, ambu lebih suka kalau hubungan Cormoran-Robin itu macem Sherlock-Watson aja. Kasus yg bakal dikerjakan--dan bakal ditulis sama 'oom' Galbraith bakal lebih banyak tak berbatas.

    Kalo berakhir dengan hubungan asmara,kaya'film Castle nantinya, bosen...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyo mbu..ga usah terlalu gimana gitu..nanti garing..iris iris aja yg dibanyakin..mayit mayit misterius jugak

      Delete

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...