September 16, 2017

Rutabaga !!!

"...Some readers might even think that I’m just making this story up. You might think that everything in this book is dreamy silliness..."
- Alcatraz Smedry -
Seorang bocah lelaki abege bernama Alcatraz Smedry mendapatkan hadiah misterius berupa sekantung pasir dari sang ayah kandung yang entah dimana keberadaannya. Lantas, kantung pasir itu malah hilang dicuri entah siapa. Ulang tahun ketigabelasnya yang harusnya meriah, malah menjadi kelewat 'meriah' dengan kehadiran seorang pria tua, Leavensworth Smedry, yang jelas mengakui bahwa dirinya adalah kakek kandung Alcatraz. Kemeriahan ini tidak berhenti begitu saja, petualangan Alcatraz berlanjut. Melibatkan keluarga kandungnya yang muncul entah darimana, serta optimalisasi kemampuan terbaiknya, yakni merusak sesuatu.

Brandon Sanderson adalah penulis kece yang sudah lebih dulu kita kenal dalam novel-novel anyar seperti seri MISTBORN, RECKONERS TRILOGY (sudah saya curhatkan di sini), ELANTRIS, dan beliau juga dipercaya meneruskan saga WHEEL OF TIME pasca penulis aslinya berpulang. 

Novel-novel Sanderson biasanya cenderung dewasa dan njelimet, namun ALCATRAZ VERSUS THE EVIL LIBRARIANS memiliki rasa yang berbeda. Ditujukan untuk pembaca di area middle grade, kisah seru dan konyol Alcatraz ini mampu memberikan penyegaran bacaan tersendiri bagi saya. Pemilihan nama tokoh utama yang tidak biasa, membuat pembaca bakal tertarik (plus ini bikinan Sanderson), dan ketika membaca kisahnya, jelas tidak dikecewakan.

Cara penuturan kisah yang mengambil sudut pandang orang pertama, yakni Alcatraz, menampilkan semacam 'keriuhan' lelucon garing dan kelakuan geje dari tokoh-tokohnya. Alcatraz adalah bocah tiga belas tahun yang hidup berpindah-pindah orang tua, karena tak ada yang mampu bertahan dengan 'bakat merusak' miliknya. Dan seperti yang sudah saya sampaikan di awal curhatan, Alcatraz akhirnya bertemu Kakek Smedry, dengan 'bakat telat' yang membawa kehidupannya ke dalam level berbeda dengan tingkat kepusingan gilang-gemilang.

Dalam buku pertama, ALCATRAZ VERSUS THE EVIL LIBRARIANS, tokoh utama kita yang mengaku pembohong dan menyebalkan ini terpaksa berhadapan dengan kelompok Pustakawan Durjana. Jadi, keluarga besar Smedry telah berabad-abad melawan rombongan Pustakawan Durjana yang mengendalikan seluruh informasi di dunia yang kita kenal. Dan ternyata, ada dunia di luar pengetahuan kita, yakni Negeri Merdeka, suatu benua-benua besar yang tidak ada dalam peta dunia kita, dalam hal ini disebut Negeri Sunyi.

Buku pertama, edisi terjemahan oleh Mizan Fantasi

Pasir hadiah untuk Alcatraz nyatanya bukan pasir biasa. Pasir ini mampu ditempa menjadi suatu lensa, yang berperan dalam pertahanan Negeri Merdeka yang telah dijaga oleh keluarga besar Smedry. Disini kita akan dibuat pening dengan profesi keluarga Smedry dan bakat-bakat anehnya. Dalam petualangan di buku pertamanya, Alcatraz dan kakek Smedry didampingi oleh sepupu Alcatraz, Sing Smedry dan Quentin Smedry, serta seorang gadis kesatria bernama Bastille (iya, nama penjara lagi, kita tunggu saja ada tokoh yang namanya Azkaban atau Numengard).

Petualangan Alcatraz di buku pertama mengungkap seperti apa kehidupan dan tujuan dari keberadaan Pustakawan Durjana, ditambah kekuatan dan teknologi sesungguhnya dari Negeri Merdeka. Selanjutnya, dalam buku kedua, ALCATRAZ AND THE SCRIVENER'S BONES, kita akan diajak mengunjungi perpustakaan kuno Alexandria. Tentunya tidak lupa berhadapan dengan roh-roh kurator perpustakaan yang bergentayangan. Setiap informasi = pertukaran jiwa. Wah, sungguh mengasyikkan.

Dalam buku kedua ini, Alcatraz didampingi masih oleh Bastille, tapi dari pihak keluarga besarnya kali ini ada Australia Smedry (yes, namanya Australia, bukan Eropa, bukan Afrika), sepupu Alcatraz yang lain, dan Kazan Smedry (Kazan - nama penjara kurang populer di Rusia), adik kandung dari Attica Smedry, ayah Alcatraz. Disini dikisahkan Alcatraz mesti mencari Kakek Smedry yang keliaran ke Perpustakaan kuno Alexandria tersebut, sekaligus mencari kemungkinan dimana ayahnya berada. Dan tentu saja tidak berjalan gampang. Kemeriahan pengejaran dari Pustakawan Durjana dan kelicikan para roh kurator membuat petualangan Alcatraz jadi tidak biasa-biasa saja. Penemuan kebenaran jati diri Alcatraz juga dimunculkan disini.

Buku kedua, edisi terjemahan oleh Mizan Fantasi

Yang menarik dari kisah Alcatraz ini adalah kerecehan leluconnya. Saya mengacungkan empat jempol pada kepiawaian Sanderson membuat kisah ini. Tidak lupa satu set konfeti cupid untuk penerjemah dalam edisi Indonesianya, mbak Nana, dan editornya, mbak Dyah. Umpatan-umpatan di buku ini sungguh aneh, seperti judul tulisan ini yang merupakan umpatan Al di buku pertama. Lebih receh lagi ketika umpatannya nongol dengan kalimat ' Kacang Panjang !' 'Kacang Ijo !' 'Lensa Pecah !' bahkan 'Biji Berkecambah !'. Saya entah ketawa entah sebal dengan gaya penulisan Sanderson yang tidak seperti buku-buku bikinan beliau lain yang sudah saya baca (baru ELANTRIS dan RECKONERS TRILOGY).

Sanderson menunjukkan kemampuan mumpuni untuk menulis pada berbagai tingkat umur dengan genre dasar fantasi. Ringan dan renyah. Sanderson membuat kita akan berpikir lain tentang perpustakaan dan para pustakawan. Jelas tidak ada yang membosankan dalam dunia perbukuan ini. Petualangan Alcatraz adalah cuplikan buktinya. Hinaan dan cemoohan Sanderson dalam wujud Alcatraz mengenai kenyataan dunia kita ( Negeri Sunyi ), membuat ngakak namun terasa ada benarnya. Yah, siapa tau memang kita sudah dikibuli sekian lama oleh para Pustakawan Durjana.

Ada lima buku dalam seri ini. Tentunya saya menantikan tiga buku lagi, yakni THE KNIGHTS OF CRYSTALLIA, THE SHATTERED LENS, dan THE DARK TALENT. Secara keseluruhan, saya cukup menikmati kisah ini, meskipun jelas, karena ini middle grade, jadi singkirkan ekspektasi, dan mari kita bersenang-senang.

RUTABAGA !!!

"...I am a Smedry, and we do ridiculous, unexpected, eccentric things like this all the time...!"
- Leavenworth Smedry -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...