October 25, 2017

Ragnarok : Another Family Problems

“As the venom streamed down once more, he heard the unmistakable sound of a wolf howling. It would not be long now. Ragnarok had come, and he would see Asgard crushed and burned till he trod on the ashes of all of those who had wronged him.”
- Mike Vasich -



Dalam rangka mengisi kekosongan waktu beberapa jam dan masih sedang malas membaca, saya akhirnya melipir ke bioskop lagi. Kali ini untuk menonton pilem terbaru dan hitz dari Marvel's Cinematic Universe, dengan judul THOR : RAGNAROK. Beberapa jam sebelumnya, saya baru nonton pilem pertamanya yang berjudul THOR, di sebuah saluran tipi kabel. Memang, saya bukan superhero-addicts yang sepertinya berhasil membuat industri perfilman Hollywood berlomba-lomba menghadirkan berbagai pilem yang memanjakan kalangan ini. Pilem superhero yang saya tonton di layar lebar tahun ini sepertinya cuma LOGAN (curhatannya ada di sini), yang jelas sungguh berkesan.

Nah, bagaimana dengan pilem THOR ini ?

Well, this is a fun movie. Yes, fun. But not in my usual hysterical way when  I saw a very good movie that suited my taste. THOR : RAGNAROK yang memiliki R-rating ini memang sukses memanjakan mata penonton. Warna-warni penuh aksi. Belum lagi sederet mas-mas dan om ganteng yang mengisi jajaran pemainnya (salah satu alasan yang membuat saya memutuskan nonton ini, menjadi Pengabdi si Tampan, begitulah kira-kira). Saya tidak mengidolakan Thor yang diperankan oleh Chris Hemsworth, tidak juga dengan Loki yang dibintangi oleh Tom Hiddleson (saya akui dia ganteng dan rapih dan manipulatif, but just not my kind of type). Kemunculan babang Ben Cumberbatch sebagai Doctor Stephen Strange (meskipun cuma secuil), mas Mark Rufallo (Dr.Bruce Banner - Hulk), dan om Idris Elba (Heimdall, Dewa Penjaga Bifrost) lumayanlah menghibur saya.

Elemen komedi dalam pilem aksi ini boleh dibilang membuat kita tidak perlu banyak 'berpikir' ketika menonton kelakuan Thor selama kurang lebih dua jam. Namun, seperti biasa, ada beberapa mata rantai yang berhubungan dengan pilem-pilem Marvel sebelumnya, seperti THE AVENGERS (ntah brapa pilem itu). Bolehlah.

Kisah kemalangan THOR bermula dengan menghilangnya sang Ayah Segala Dewa, Odin (Mr. Wednesday --- ups, bukan versi American Gods), kemunculan Hela, Dewi Kematian yang ternyata adalah anak pertama Odin. Hela sepertinya sakit hati karena disingkirkan dan dikurung ke dunia bawah. Hela (diperankan oleh Kate Blanchett --- Galadriel yang kebanyakan micin keknya), ngamuk abis-abisan. Dengan gampangnya menghancurkan Mjolnir (palu sakti punya Thor), dan membuat Thor (plus Loki), nyasar di semesta entah dimana.

Maka dimulailah perjuangan Thor untuk balik ke Asgard. Dan Thor ketemu Hulk dan seorang kesatria wanita yang doyan mabuk. Ditambah Loki, kombinasi ini mesti kembali ke Asgard, melawan Hela, dan menyelamatkan para Asgardians (penduduk semesta ini) yang sedang diungsikan dan dilindungi oleh Heimdall. Perjalanan Thor dkk jelas membuat ngakak. Saya menikmati pilem ini sebagai suatu bentuk senang-senang perjalanan hidup seorang Dewa di mitologi Nordik.

Yang menarik adalah, seperti kisah sebelumnya, Ragnarok yang dipicu oleh kemunculan Hela ini tetap saja berakar pada masalah keluarga. Yah, sedikit banyak kita jadi tau bahwa Odin mungkin kerepotan punya anak tiga, dengan pengendalian diri masing-masing yang amburadul. Hela pendendam, Thor emosian, Loki iri dengki, capek banget Odin mah. Wajar aja sih kalau beliau memilih kabur, lelah mungkin (dipentung). Belum lagi ada 9 dunia yang mesti dipantau (kita di Midgard, btw), ribet mah.

Pengetahuan mitologi Nordik saya yang seuprit (berbekal seri Magnus Chase-nya om Riordan dan buku Norse Myth-nya om Gaiman), membuat saya sedikit terganggu. Karena dari buku-buku tersebut, Ragnarok tidak sesimpel ini. Namun, kembali lagi ke Marvel's Cinematic Universe, tentunya ini tidak patuh pada mitologi, tapi patuh pada skenario. Yang mesti diketahui bahwa kisah Thor kali ini akan berhubungan dengan kelanjutan pilem AVENGERS : INFINITY WAR. Diinfokan secara jelas dan gamblang.

Say cheese !


Scoring alias sontrek pilem ini asik, sesuailah dengan tampilan sinematografi pilemnya yang penuh warna dan kekinian. Pilem ini cukup layak tonton, tapi singkirkan ekspektasi, nikmati saja. Seperti saya bilang di awal curhatan ini, it's fun..just fun. Dan Loki tetap saja Loki, hahahaha. Jangan lupa ada dua scene after credits. Yang satu penting, satu lagi nggak penting.

Nah, tertarik menonton ? Masih baru kok. Silakan melipir ke bioskop terdekat. ^^

"...Odin the all-father was no longer gentle, wise, and irascible, but instead he was brilliant, unknowable, and dangerous; Thor was just as strong as the Mighty Thor in the comics, his hammer as powerful, but he was . . . well, honestly, not the brightest of the gods; and Loki was not evil, although he was certainly not a force for good. Loki was . . . complicated.."
- Neil Gaiman - 


1 comment:

  1. Suka tulisan dari om Gaiman.
    Hail Loki *LOL

    Kubaru bisa nonton minggu depan.

    ReplyDelete

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...