“...I’ve never been angry to have been born a woman. There have been times
I’ve been angry at how the world treats us, but I see being a woman as a
challenge I must fight. Like being born under a stormy sky. Some people
are lucky enough to be born on a bright summer’s day. Maybe we were
born under clouds. No wind. No rain. Just a mountain of clouds we must
climb each morning so that we may see the sun...”
- Takeda Yumi -
Saya masih ingat masa-masa ketika saya masih menggandrungi anime Samurai X yang terkenal itu. Jaman esde kalau ndak salah. Kepincut berat sama tokoh-tokohnya sampai hapal sontreknya. Kisah Rurouni Kenshin nan legendaris itu nyatanya menjadi banyak acuan untuk kisah-kisah serupa dalam ranah manga dan anime di masa kini.
Kemarin, saya baru saja menyelesaikan membaca sebuah novel terjemahan karya Renee Ahdieh berjudul FLAME IN THE MIST (BARA DALAM KABUT) yang diterjemahkan oleh Penerbit Kosa. Renee dulu pernah menelurkan dwilogi THE WRATH AND THE DAWN fenomenal yang menjadi retelling berbeda dari kisah 1001 Malam (lalu sibuk fangirling-an sama tokoh-tokohnya).