“You won't understand anything about imagination until you realize that it's not about making things up, it's about perception.”
- Pantalaimon -
Will's Oxford, courtesy: BBC
Saya telah membersamai perjalanan panjang Lyra Silvertongue dan Will Parry lebih dari satu dekade sejak mulai membaca seri HIS DARK MATERIALS bikinan Philip Pullman yang secara berani dan sistematis mengupas aspek teologi, filsafat, benturan agama dan sains, dalam balutan fiksi fantasi gilang gemilang yang megah dan mengguncang. Setelah menangisi akhir trilogi HIS DARK MATERIALS sekian tahun lalu sambil berusaha bergerak maju, nyatanya mbah Pullman belum selesai. Kita dikejutkan dengan kehadiran seri baru, THE BOOK OF DUST yang muncul sekitar empat-lima tahun lalu, dengan judul buku pertama: LA BELLE SAUVAGE (bisa dicek di sini). Dipikir bakal prekuel, ternyata awalnya prekuel, dan buku keduanya, THE SECRET COMMONWEALTH malah merupakan sekuel dari HIS DARK MATERIALS.
THE SECRET COMMONWEALTH terjadi di semestanya Lyra, sekitar sewindu setelah peristiwa di buku pamungkas HIS DARK MATERIALS (THE AMBER SPYGLASS). Perjalanan saya menuntaskan buku ini cukup pelan dan menjerat. Sesuai dengan isinya yang berupa perjalanan solo Lyra dan Pan. Perjalanan berbahaya yang sekali lagi menunjukkan benturan tak terelakkan antara kaum pemuja kesucian absolut dan kaum pencari kebebasan pengetahuan.
Buku kedua ini pekat dengan intrik politik dalam tirani versi baru dari Magisterium, lembaga adikuasa yang mementahkan segala upaya pengungkapan Dust/Rosakov Particles/God's Matter yang dianggap akan meruntuhkan iman dan kekuasaan pimpinan agama. Ring a bell? oh tentu. Urusan kekerasan dan pemusnahan atas nama agama di semesta kita tidak kalah panjang lumuran darah dan kekejiannya. Mbah Pullman terlihat mengambil poin kelam sejarah kita (dan yang masih berlangsung tentunya) sebagai salah satu tulang punggung kisah epik ini.
Dalam THE SECRET COMMONWEALTH kita diajak menyelami pergulatan pribadi Lyra yang sudah menjadi individu dewasa, hubungan personalnya dengan sang daemon-Pan, dan kerumitan urusan kekuasaan yang sekali lagi mengincar Lyra dan Pan. Penggambaran daemon ini masih menjadi hal yang menarik dalam semesta Pullman. Daemon menjadi semacam nurani, old soul, self reflection, yang mewujud dalam bentuk hewan lawan jenis empunya. Daemon saya sendiri adalah serigala bernama Zax, hasil tes kuis beberapa tahun silam. Hubungan antara manusia dan nuraninya ini digambarkan simpel tapi pelik, dan mengusik saya adalah ketika semakin kita dewasa, kita sering mengabaikan nurani ini, berantem dengannya, bahkan meniadakan keberadaannya. Yang jelas saja digambarkan oleh mbah Pullman dalam bukunya sebagai suatu proses menyakitkan dan menyesakkan.
Punya saya yang kek gini, edisi Inggris, hadiah dari kolega |
Dalam proses membaca saya yang lambat, novel setebal lebih dari 700 halaman ini membawa kembali ke pengungkapan tabir multisemesta dan keterlibatan kekuatan lama yang rahasia dalam menuntun Lyra menemukan kembali takdir penciptaannya. Metaforik? Iya. Berat? Entah ya. Bagi saya yang sudah kadung jauh masuk ke dalam semesta yang ini, saya sungguh menikmati sesi membaca saya kali ini. THE SECRET COMMONWEALTH menyuguhkan kepuasan membaca yang hanya tercederai oleh akhir kisah cliffhanger bikin emosi ala penulis tega.
Dengan bahasa yang enak dinikmati, mbah Pullman membawa kembali perasaan nostalgik yang kuat, tokoh baru yang berkesan, kesunyian dan perpisahan mencekam, serta bulir-bulir kenangan yang tidak padam. Jangan tanya rasa magis mengirisnya, masih kuat. Namun mbah Pullman sudah semakin memperluas jangkauannya, beraneka tokoh dalam beraneka ras dan asal wilayah di semesta Lyra, tidak mentok di Jordan College yang kita kenal. Kita dibawa mengarungi lautan hingga padang pasir ala Arabian Nights yang melelahkan, namun jelas penuh konsekuensi magis.
Hati saya terbawa, karena meskipun telah pisah semesta, Lyra masih menjadikan dirinya sebagai milik Will Parry. Dengan cara yang membuat pedih namun indah. Mengingatkan saya akan kalimat gombal level Dr Stephen Strange tempo hari: I love you in every universe. Ya mungkin bisa lah mewakili.
Namun memang, bagi rekan pembaca yang belum pernah mencicipi semesta ini, mau tidak mau mesti memulai dari awal. HIS DARK MATERIALS sendiri telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, disusul buku pertama THE BOOK OF DUST. Serial televisinya juga akan hadir di musim ketiga, mewakili bagian paling memabukkan dan berkesan dalam trilogi awalnya. Bacaan menarik? Jelas. Seri fantasi epik yang membuat kita mempertanyakan banyak hal. Entah di semesta ini atau di semesta lainnya.
No comments:
Post a Comment