“Acquire knowledge, it enables its professor to distinguish right from
wrong; it lights the way to heaven. It is our friend in the desert, our
company in solitude and companion when friendless. It guides us to
happiness, it sustains us in misery, it is an ornament amongst friends
and an armour against enemies.”
Suatu siang di kebun kurma, Madinah |
Sebagai bagian dari sekitar 7,2 milyar populasi manusia di bumi, tentunya kadang saya suka bertanya, buat apa sih kita ini menuh-menuhin planet biru ? Apa tujuan kita diciptakan ? Apa kegunaan kita ? Rasanya sih kalau dipikir-pikir, lumut kerak aja lebih banyak gunanya. Melembutkan tanah yang keras, bikin oksigen sendiri, ga menuh-menuhin tempat, ga sibuk saling menyalahkan, woles adem ga pake urat. Nah, dalam berbagai turun naik fase keimanan dalam hidup, pertanyaan ini tentunya juga muncul dalam kepala saya yang tidak jelas ini.
Kata orang sih, jalan-jalan sono biar ga cranky kurang piknik. Maka jadilah saya yang disponsori bos besar alias papah, bisa jalan-jalan agak jauh ke tempat yang rasa-rasanya mimpi pun saya masih tidak menyangka. Maka dari itu disinilah saya curhat. Maaf ga maksud nyinggung atau pamer atau apalah. Saya kebetulan ekstro tukang cerita, daripada saya pusing baca berita, mending menulis saja.