December 5, 2017

Pigi Kemana ?

“Reading... a vacation for the mind....”
- Dave Barry -
Setelah melakukan perjalanan jauh ke negeri orang, saya lalu pergi jalan-jalan lagi ke ibukota. Kayaknya ini udah jadi semacam agenda rutin tiap tahun yang sepertinya tidak saya rencanakan secara spesifik. Yang saya tahu, saya harus piknik. Hidup terlalu membosankan kalau cuma dipakai buat kerja dan nyinyir.

Problem mendasar adalah keramaian. Kelebihan populasi ibukota yang berbondong-bondong pergi main ke daerah lain, dalam hal ini Kota Hujan, alias Bogor, tempat si bocah, adek saya kuliah, menyebabkan saya sampai amat terlambat. Kelelahan, lapar, plus kram perut. Niat awal mau heng ot di kota ini saya batalkan. Babat makanan siap saji, kabur ke kontrakan sang mahasiswi semester 5 ini, dan tidur. Karena agenda esok hari jauh lebih meyakinkan.

Hari libur di Jakarta adalah hari yang 'lapang'. Kemacetan tidak menggila, dan langitnya secara ajaib berwarna biru cerah. Plus awan-awan kecil. Saya yang ndeso dan suka gagap transportasi publik, harus belajar kekinian dengan segala fasilitas di metropolitan. Dan di stasiun kereta, saya udah dijemput oleh seorang dedek tambun dengan ekspresi default, bernama Uzi, mamas aki Raafi yang memang selalu menjemput kalau saya kesini, dan papap Gentur dengan bawaan ransel besar berat mengerikan. Bersama tiga pria ini, saya dan si bocah (sebut saja Ijah - bukan nama sebenarnya), berjanji bertemu dua wanita lain di Taman Mini Indonesia Indah ( duo Nyai - Ade dan nenek Rifda).



Terakhir ke TMII sepertinya sekitar tahun 2005, udah lama banget kan ya. TMII menawarkan hiburan sederhana yang saya cari, yaitu bebek air. Norak memang. Yang menarik adalah Museum PP Iptek dan keseruannya, termasuk udara bersahabat dari ribuan pohon di tkp. Saya senang. Sempat juga kalap makan eskrim, diskon setarbak, akhirnya suara saya hilang karena radang tenggorokan yang berjaya.

Abis dari TMII kita makan di suatu tempat yang porsinya dikit, untungnya enak sih (medit), lalu melanjutkan perjalanan nonton NIGHT BUS di Taman Ismail Marzuki (udah dicurhatin di sini). Kelar nonton ya makan lagi. Khas saya dengan menu penuh kolesterol (udang cumi). Lalu masuk ke agenda utama, nginep bareng di apartemen. Nah, supaya ga menimbulkan asumsi jelek, kita nginepnya yang sejenis di satu kamar apartemen yang sama. Jelas hemat dan berbahagia. Meskipun para pria nongol jam sekian minta dibikinkan mie. Begitulah. Dan paginya sempat ditraktir sarapan oleh nyonya pemilik apartemen setempat - mbak Ren.


Agenda hari kedua adalah ke INDONESIAN READERS FESTIVAL 2017 yang diadakan di Perpustakaan Kemendikbud. Tidak seheboh tahun sebelumnya, IRF 2017 hadir cuma sebagai sarana pelepas utang nan sepi tanpa kemunculan tempat khusus bagi banyak komunitas. Mengingat tahun lalu, grup kita, PNFI begitu heboh dan bisa jadi tempat ngumpul dan main bagi para booknerds dari berbagai daerah yang hadir, sayang sekali tahun ini tidak bisa terulang. Sedih sih ya. Sesi diskusi Origin-nya Dan Brown bersama Paman Hadi dan mbak Dyah cukup membantu mengobati kehampaan acara, meskipun setelahnya kita langsung kabur ke mall terdekat karena saya ngotot mau makan bubur Ta Wan yang udah diiming-iming sama anak-anak sejak kapan. Niat busuk lain adalah ingin 'mengintip' toko buku besar nan membuat sebal bernama Periplus, kebetulan ditemani MiLord Puji yang waktu itu saya monopoli karena beliau bingung juga mau ngapain di IRF ini (walau kemudian digoda nenek Rifda untuk melipir ke Kinokuniya - syukurlah tak beli apa-apa).


Kadang yang menyenangkan itu bertahan cuma sebentar. Jadilah di hari terakhir liburan, diajak oleh Ade main ke Filosofi Kopi yang terkenal itu. Tempatnya cozy sih ya. Dan saya mesen teh lemon anget yang enak banget dan memang lemon - bukan jeruk nipis. Ketemu mba Gigit dan sibuklah kita gegosipan dan berfoto-foto. Target selanjutnya adalah lantai dasar Blok M yang penuh buku-buku bekas langka dengan harga miring. Sungguh saya kalap. Bingung abis itu gimana ini mau bawanya pulang. Tekad dalam hati kalau dikasih rejeki balik lagi, saya harus bawa koper. Ha !


Makan siang di tempat yang kehabisan kentang, mamas aki udah duduk menunggu kami yang kalap (perlu digarisbawahi bahwa bukan saya saja yang khilaf dalam urusan perbukuan ini). Saya udah mulai punya kreativitas untuk menyusun belanjaan saya supaya bisa terbawa pulang. Dan nyatanya berhasil.


Curhatan banyak fotonya ini terpaksa diakhiri dengan kisah keberangkatan saya ke bandara Soetta. Delay sejam dan perjalanan penerbangannya cukup mengerikan karena cuaca yang tidak bersahabat. Saya sejatinya masih kurang ikhlas karena besoknya Senin dan tumpukan kerjaan udah membayangi. Namun itulah ya, kita mesti membuat banyak usaha untuk memperoleh kesenangan. Soalnya duit ga jatuh dari langit dan masuk ke rekening gitu aja kan.

Terima kasih untuk semua yang sudah mensukseskan acara liburan saya, lengkap dengan kesediaannya untuk direpotkan (tambahan spesial buat mamahnya Ade yang bikin sambel enak banget pengen dibotolin dan dibawa pulang). Pertanyaannya, tahun depan mau pigi kemana lagi ?

Well, belum ada rencana. Saya pikir 2017 berlalu secepat Barry Allen kebelet pipis. Tau-tau kita udah di bulan Desember. Waktu tidak pernah bisa kita kalahkan. Kita makin tua, bumi makin renta, eh timbunan tetap berjaya (lirik tumpukan belanjaan). Sekian dan sampai jumpa. ^^


“... Do you know how long a year takes when it's going away? A second ago you were stepping into college with your lungs full of fresh air. Today you're an old man..."
- Joseph Heller -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...