September 2, 2018

Muridnya Sableng, Gurunya Gendeng

"... satu hal yang harus kau ingat, manusia-manusia jahat itu mudah sekali berserikat dalam kejahatan...sebaliknya, manusia yang katanya orang baik-baik kerap kali tidak saling akur...itu sebabnya kejahatan terlihat selangkah lebih cepat dari kebaikan..."
- Kiai Gede Tapa Pamungkas -



Melanjutkan sesi nonton weekend bersama Incil (yang untungnya nggak ada panggilan konsul untuk visum), saya akhirnya menonton pilem laga kolosal legendaris yang nostalgik di bioskop terdekat. WIRO SABLENG adalah proyek terkini pilem laga Indonesia yang mengusung kisah Wiro Sableng, tontonan favorit kita dulu di televisi (jangan tanya televisi sekarang apa, saya nonton Spongebob saja..lalu disensor KPI di tempat-tempat yang ridiculously inappropriate). Bagi kalangan tua macam saya (ciee tua), Wiro Sableng adalah tontonan wajib sama halnya Si Doel Anak Sekolahan. Begitu tau akan diangkat ke layar lebar, saya cukup excited. Jarang loh model yang malas nonton pilem lokal macam saya ni bisa menggebu-gebu.

Kehadiran logo 20th Century Fox yang muncul membuka pilem menghadirkan suasana nonton pilem impor. Dan kita memang tau, bahwa Lifelike Pictures yang memproduksi pilem ini bekerjasama dengan 20th Century Fox untuk mewujudkan semesta laga si Wiro ke layar lebar, sekalian juga promo dan rilisnya secara internasional (ingat teaser DEADPOOL 2 yang memunculkan Wiro dan Anggini nyasar ke semesta X-Men --- fyi Deadpool itu masuk X-Men yaaaa).


Lalu bagaimanakah pilem ini menurut saya ?

Entertaining. Apresiasi saya berikan kepada para punggawa perfilman yang berusaha memunculkan kembali karakter Wiro Sableng nan tak lekang oleh waktu. Saya terhibur dengan aksi dan kegokilan para tokohnya, meskipun sepertinya ada yang 'kurang pas' dengan dialog-dialognya. Ada pula yang terasa garing meskipun saya cukup attached  dan suka gemas sebal sama si Wiro. Ini adalah fresh start bagi kembalinya genre laga kolosal di kancah perfilman nasional. Dan saya sungguh berharap akan segera terwujud cinematic universe tersendiri untuk tokoh-tokoh laga lokal legendaris.

Deretan aktor dan aktris papan atas perfilman Indonesia ikut serta dalam laga ini. Papan atas yang saya maksud adalah papan atas versi kualitas, mohon maaf bukan versi popularitas sensasi atau gimmick sampah di dunia pertelevisian. Vino G Bastian, Sherina Munaf, Dian Sidik, Yayan Ruhian, Yayu Unru, Marsha Timothy, Teuku Rama Wikana, Lukman Sardi, Marcella Zalianty, Dwi Sasono, Andy /Rif hingga Abimana Aryasatya (yang bikin saya histeris karena kemunculannya di post credit scene --- ups), dan banyak aktor lainnya. Aktor dan aktris pendatang baru pun terlihat memang berusaha yang paling baik untuk pilem ini. Saya sempat iri dengki melihat tokoh Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga yang flamboyan bener dengan rambut cakep kek model iklan shampoo.

Film ini memang memadukan banyak tokoh-tokoh yang kalau di serial tv nya muncul berepisod-episod. Mungkin bagi pembaca kisah Wiro ini belum mampu mewakili 'rasa' Wiro-nya, tapi bagi saya pilem ini cukup menghibur dan membuat saya terpaksa menonton kalau ada sekuelnya.

Kisah perjalanan Wiro untuk menantang Mahesa Birawa lalu terlibat urusan kudeta kerajaan dipaparkan dengan ringan dan tidak sulit dicerna. Saya suka tokoh Raja Kamandaka yang memang raja, bisa berantem, bisa siasat, dan gak cuma duduk doang di singgasana.Dan jelas apresiasi patut diberikan pada eyang Sinto Gendeng (diperankan dengan kece oleh Ruth Marini) dengan kegendengan plus kebijaksanaannya. Tokoh yang jelas jelas ikonik dalam dunia fiksi persilatan Indonesia.

Bujang Gila Tapak Sakti, Anggini, dan Wiro Sableng

Hiburan menarik lainnya adalah view bukit-bukit hijau dan padang rumput luas, serta ceruk-ceruk sungai yang bikin saya penasaran ini syutingnya di mana. Meskipun ada beberapa efek CGI yang terkesan raw, saya rasa tidak terlalu mengurangi keseruan pilem ini. Jelas WIRO SABLENG versi terbaru ini membawa binar kebanggaan bagi kita dan industri perfilman Indonesia secara keseluruhan.

Yang paling penting, apresiasi harus tetap diberikan pada mendiang Bastian Tito, ayahanda dari Vino G Bastian yang telah 'melahirkan' kisah Wiro Sableng ke hati masyarakat Indonesia. Usaha konsisten bertahun-tahun dalam membangun karya seepik ini haruslah menjadi pembelajaran bagi sineas dan penulis-penulis masa kini yang tampaknya lebih suka mengangkat tokoh legenda luar negeri dibanding milik negeri sendiri, pun lokasi syuting yang lebih suka menunjukkan keindahan negeri orang lain. 

Bastian Tito dan PC jadulnya

Tendensius ? Yap.
At least I'm not lying about this.

Yuk nonton, saya yakin si Wiro ini akan berkeliaran lama di bioskop dengan sablengnya. ^^


"...Buruk dan baik, kebaikan dan kekejian dimasa sekarang ini tergantung dari mana orang memandang. Kalaupun pandangannya benar maka batas antara keduanya setipis kabut pagi yang akan lenyap begitu sang surya menampakkan diri..."
- Sinto Gendeng -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...