“...What I say is, a town isn’t a town without a bookstore. It may call
itself a town, but unless it’s got a bookstore, it knows it’s not
foolin’ a soul...”
- Neil Gaiman -
Gea (@jurnalsibugot), kak Aya (@possesivereader), aku (@tsaniazr), dan Haris (@kanvaskata.books) |
Sebagai orang yang ngakunya hobi membaca, saya masih keukeuh menjadi penikmat buku cetak. Meskipun badai buku digital melanda, tiada yang dapat menggantikan perasaan hangat nan menyenangkan saat membeli buku, membuka segel plastiknya, plus menyentuh lembaran-lembaran indah itu. Bau buku juga enak, belum lagi kisah-kisah di dalamnya. Enak untuk jiwa dan isi kepala. Tentunya berkunjung ke tempat yang banyak bukunya akan selalu menjadi pengalaman yang membahagiakan. Ada dua tempat utama perbukuan yang hampir dipastikan akan selalu membuat saya betah, yakni perpustakaan dan toko buku.
Toko Buku Gramedia adalah pusat perbukuan yang tidak pernah absen saya kunjungi di manapun berada. Saya yang melanglang buana kesana kemari karena urusan pendidikan dan pekerjaan, selalu mengusahakan diri untuk nongol di tempat ini, menatap indahnya buku-buku, trus ngiler, trus ingin memiliki. Nah, problem yang muncul seringnya adalah ketika buku yang diinginkan belum ada atau tidak tersedia di Gramedia yang didatangi, padahal sudah meluangkan waktu dan hasrat hati sudah menggebu (apalagi kalau nungguin buku yang berseri...ampuuunn). Mau melipir ke toko Gramedia yang lain pun belum tentu pasti ada waktunya. Problem lagi kalau Gramedianya cuma satu toko di daerahmu, hiks. Jadilah menatap nanar pada orang-orang yang sudah memiliki buku yang diinginkan dalam genggaman.