December 12, 2020

Back to OASIS with ONI (Ready Player Two - Ernest Cline)

“...My friend Kira always said that life is like an extremely difficult, horribly unbalanced videogame. When you’re born, you’re given a randomly generated character, with a randomly determined name, race, face, and social class. Your body is your avatar, and you spawn in a random geographic location, at a random moment in human history, surrounded by a random group of people, and then you have to try to survive for as long as you can...” 

- Anorak -


Have I ever told you that 2020 is full of surprises?

Yep. Kejutan di tahun ini memang kayak ga abis-abis gitu. Selain hal-hal mencengangkan yang terjadi di dunia nyata, sebagai penikmat perbukuan kita juga dikejutkan di penghujung tahun dengan kehadiran judul-judul buku menarik yang mungkin tak disangka bakal ada. Salah satunya READY PLAYER TWO, sekuel READY PLAYER ONE yang dibikin Ernest Cline pada tahun 2011 silam. Pilemnya juga udah hadir bikinan Steven Spielberg beberapa tahun lalu, kalau mau curhatannya bisa dicek di sini.

READY PLAYER TWO hadir di penghujung November 2020 dengan sindrom ketakutan klasik: apakah ini akan semencengangkan buku pendahulunya?

Sejujurnya saya tidak ngarep ada sekuel dari RPO ini. Udah sangat senang dan bahagia dengan buku maupun pilemnya. Akan tetapi ketika Cline menawarkan kembali akses ke OASIS, kenapa saya harus menolak?

Maka setelah menyinyiri akun toko buku daring langganan yang buka layanan pra pemesanan untuk segera mengirimkan bukunya begitu sudah tersedia, saya excited sekali menerima buku bersampul tulisan READY PLAYER TWO ukuran besar dengan warna biru telur asin ini. Yoklah kita babat.

RPT mengisahkan kelanjutan petualangan Wade Watts paska kaya mendadak bersama Art3mis, Aech, dan Shoto. Di bagian awal buku kita dibawa ke aspek manusiawi para petinggi ini terkait urusan perasaan dan bisnis dalam mengatur OASIS. Di sini saya merasa iri tapi kasian gitu. Tidak mudahlah ya ngurusin aset, ekonomi, sambil mempertahankan kewarasan. Jadi orang yang berkuasa itu berat memang. Dan Wade udah burn out juga.

Dan, BAM! Kejutan datang dalam bentuk hadiah rahasia peninggalan James Donovan Halliday khusus untuk Wade. Hadiah itu hadir dalam bentuk ONI, yep, O-En-Eye, sebuah perangkat canggih yang membawa OASIS ke level lebih gila lagi. ONI memungkinkan penggunanya untuk benar-benar merasakan pengalaman nyaris nyata dalam kepala masing-masing. Pengalaman apapun. APAPUN. ONI, OASIS Neural Interface - mengharuskan penggunanya untuk bobok enak lalu mereka melakukan semua permainan dan pengalaman di dalam OASIS hanya dengan kekuatan pikiran, ga perlu gerak capek capek kayak di OASIS biasa.

Level-up OASIS jadi gila-gilaan. Bisa mencium bebauan, merasa senang beneran, sedih beneran, apalah apalah beneran, tapi penggunanya bobok baik-baik. Desainnya nyaris nyata. Jadi kalau pengen ke konser tapi malas, cukup pasang ONI, bobok, pilih konsernya, "masuk" ke badan yang disukai, and enjoy! Badan aslinya bobok aja. Otaknya yang berkelana. 

Sinting? Emang. Saya berkali-kali grumbling geje baca deskripsi si ONI ini (seneng deh, sama dengan nama panggilan-eak). Namun, bahaya ga sih? Apa ga bakal merusak otak? Oh tentu, ada risiko koma kalau overdosis. Simpel bukan? Makanya si ONI ini ada batas waktu penggunaan harian supaya aman, dan bisa di log out otomatis bila sudah mendekati batasnya. 

Wade seneng banget, Aech dan Shoto juga. Tapi Art3mis galau. Apakah teknologi ini tidak membawa bahaya mengerikan lain bagi umat manusia?

Ini edisi yang saya punya

OASIS yang sudah di-upgrade si ONI menjadi semakin adiktif, semakin mencengangkan, dan tentunya membawa dampak positif dan negatif yang tak terhindarkan. Namun, kemunculan tokoh villain yang tidak disangka dalam kisah ini membuat kita ketar-ketir. Sinting ah.

RPT menyajikan petualangan kembali di OASIS yang membuat pecintanya terbawa dalam nostalgia budaya pop lawas dan referensi-referensi apik menyenangkan. Cline menulis RPT ini seperti upaya memasukkan segala hal yang dia cintai dari dunia game, film, dan buku dalam kisah dengan semesta yang bisa diatur sesukanya. Saya iri dengan kebandelan Cline memasukkan kehisterisan dirinya sebagai fans dari semua budaya pop ini. Ibarat baca tulisan fanfic yang menyenangkan, yang dibuat oleh seorang geek kelas berat yang bangga dan bahagia menjadi nerd. I can relate. I smiled many times when read the references.

Kengerian yang dihadapi Wade dan teman-temannya dalam wujud avatar masing-masing intra OASIS kali ini naik level dan membuat kita mempertanyakan hal-hal mendasar seperti obsesi, cinta, dan keabadian. Eksekusi kisahnya yang dibikin cenderung manis, namun bikin intriguing. Kalau manusia sudah sampai di tahap ini, apakah udah sama aja dengan Tuhan itu sendiri?

RPT adalah tipe sekuel yang meriah tapi tetap mengajak berpikir filosofis lebih jauh. Dengan akhir kisah yang tetap menjadikan pihak manusia sebagai juaranya, pada akhirnya saya mempertanyakan hal-hal fundamental. Pikiran, perasaan, dan memori kehidupan kita yang singkat ini, apakah hanya akan jadi bagian dari karbon penyusun bintang-bintang setelah kita semua musnah? Lantas kalau kita diberikan kemampuan tak berhingga untuk mengabadikan diri sendiri, apakah hidup kita akan jadi lebih bermakna?

Saya tidak terlalu paham dengan keributan orang-orang di luar sana yang menilai RPT begini-begitu dalam konteks 'kurang ini itu'. Sebagai pembaca senang-senang, saya cukup terhibur, menikmati kisahnya, dan tentu tiada menyesal membacanya. Kembali ke OASIS akan menjadi pengalaman menyenangkan yang selalu terngiang. Apapun kata orang.

Kekuarangannya, mungkin ada referensi yang tidak terlalu familier bagi pembaca. Gampanglah, tinggal googling saja. Tapi mungkin akan jadi kurang histerikalnya. Setidaknya, saya bersyukur pernah nyicip bikinannya Tolkien, karena jelas sekali Cline fans berat si Mbah.

Recommended? Ya iyalah. Siapa tau mau dipilemin lagi. Goks sih ini visualnya kalau iya. Uhuy.


"...the mind is the only thing about human beings that's worth anything. Why does it have to be tied to a bag of skin, blood, hair, meat, bones, and tubes..?"

- Kurt Vonnegut Jr. -

2 comments:

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...