February 15, 2017

Ikan, Bus, dan Langit Luas

"..kadang-kadang justru makhluk yang tidak hidup, memiliki kemampuan lebih baik untuk mencintai.."
- Pohon H -

Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman geng admin menemukan berita menarik mengenai buku lokal yang akan segera diterbitkan berjudul SEMUA IKAN DI LANGIT karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Jangan tanya saya soal nama penulisnya ini. Memang dari sononya. Buku ini menjadi istimewa karena merupakan satu-satunya pemenang tunggal dalam sayembara novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016 silam. Menurut pihak DKJ, karya kesekian Ziggy dalam pernovelan ini memiliki mutu yang jauh meninggalkan karya-karya lain. Herannya, ini fantasi.

Ilustrasi ikan di langit yang saya comot dari Deviantart
Keskeptisan saya terhadap produk novel fantasi dalam negeri memang tidak saya ingkari. Saya sudah teracuni begitu lama dan bervariasi terhadap produk terjemahan. Namun rasa penasaran saya lebih menang, apalagi sampul buku ini bagus dan unyu sekali. Dan ada ilustrasi loh di dalam bukunya, yang katanya digambar oleh si penulis sendiri.
Jadi ngapain ikan-ikan ini di langit ?



Mengisahkan petualangan absurd dari seorang tokoh yang disebut Beliau. Nah, dari namanya aja udah aneh kan. Beliau bersama rombongan ikan julung-julung (ini ikan apa saya sejatinya nggak tahu), pergi merambah ruang dan waktu bersama sebuah bis tua dan seekor kecoa. Petualangan mereka inilah yang membuat kita terheran-heran. Beliau begitu sekehendak hati. Beliau datang dan pergi, namun membawa percikan kasih dan keajaiban yang membuat tercenung.

ini covernya, terbitan Grasindo
Sejujurnya agak sulit mencurhatkan buku ini tanpa menghadirkan spoiler. Maka dari itu saya tidak akan mengupas lebih lanjut tentang apa yang terjadi di dalam bukunya (lah curhatan macam apa). Namun yakinlah, unsur metafora yang kuat dalam fantasi acak ini justru begitu mencerahkan dan membuat saya rela tidur telat untuk menamatkannya. Pilihan diksi yang sederhana, sudut pandang tokoh yang tidak biasa, lalu pesan moral, kemanusiaan, penciptaan, hakikat semesta, dan kuasa Ilahiah dalam buku setebal 280an halaman ini, membuat saya mengerti kenapa buku ini menjadi juaranya.

Bagi yang sudah membaca Le Petit Prince (Pangeran Cilik) oleh Antoine de Saint-Exupery mungkin akan merasakan kemiripan 'atmosfir' dari SEMUA IKAN DI LANGIT ini. Namun saya yakin, bisa jadi penulis terinspirasi. Sedikit banyaknya, ilustrasi dan metafora dalam buku ini memberikan kesan 'magis' dan terpana akan maksud penulis. Maka ini adalah suatu prestasi yang baik di antara ratusan karya lokal dan jelas layak diapresiasi. Amat wajib dibaca malah.

Namun saya tidak akan memaksa (iming-iming sih iya). Soalnya mungkin ada yang tidak selera membaca cerita model begini. Mengkategorikan novel ini ke dalam novel fantasi saja pun sepertinya terasa kurang. Ah, sebodo amat dengan kategori. Ini bagus, saya suka, segitu aja (lah ngotot).

Di beberapa bagian buku saya sempat terharu, karena isu yang diangkat ternyata amat keseharian. Cara pengemasannya yang tidak biasa justru mengantarkan kita kepada perenungan. Seolah dinasehati tanpa tindakan menasehati. Dan buku ini berhasil mengingatkan kembali bagaimana kita memandang hidup dan cara paling baik untuk mencintai.

Super worth to read !!


"...Beliau menciptakan manusia dengan hati yang besar supaya bisa mencintai banyak, banyak hal..bahkan tanpa memiliki hati pun, Beliau selalu memberikan kemampuan bagi setiap makhluk untuk mencintai dengan cara mereka sendiri...orang-orang yang hanya sedikit mencintai tidak punya tempat di sisi Beliau, tidak akan pernah menjadi ikan di langit yang mengarungi dunia bersama Beliau.."
 - Pohon A, hal.194 -





No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...