October 22, 2018

Naik Kereta ke Menara

"...Don't ask me silly questions, I won't play silly games
I'm just a simple choo choo train and I'll always be the same.
I only want to race along, beneath the bright blue sky
And be a happy choo choo train, until the day I die..."

- Choo choo the Train -




Blaine the Mono



Sewaktu saya menjalankan niat ke perpustakaan kampus yang nun jauh di sana untuk ceritanya mengerjakan tugas bersama seorang kolega (sebut saja namanya mba Ina, hobinya ngebut naik Honda), kami menjelajah perpustakaan besar tersebut setelah tugas tuntas. Seperti yang kita ketahui, perpustakaan adalah ruang harta karun yang mampu menawar dahaga dan penat otak. Dan saya beruntung menemukan satu eksemplar kucel dari buku ketiga seri THE DARK TOWER, bikinan om King, dengan judul THE WASTE LANDS.

Kok nggak menunggu edisi terjemahan ?
Seperti biasa saya lelah menunggu. Dan karena saya adalah anggota dari rombongan Crazy unRich Anakosan, jadi harapan perbukuan harus disandarkan kepada perpustakaan. Untungnya perpustakaan bersedia memenuhi hasrat remah-remah karbon ini.

Setelah menuntaskan buku keduanya yang berjudul THE DRAWING OF THE THREE tahun lalu (curhatannya di sini), level petualangan Roland Deschain, sang gunslinger dari Gilead menanjak jauh. Roland membawa Eddie Dean dan Susannah Dean ke dunianya yang ganjil dengan kengerian konstan. Perjalanan menuju Dark Tower pun dimulai.

Roland melakukan proses mentoring kepada dua rekannya. Menjadikan Eddie dan Susannah sebagai gunslinger baru dengan kemampuan khas masing-masing (kegilaannya juga khas). Dalam paruh pertama buku, tim ganjil ini berjuang menarik kembali seseorang ke dunia Roland. Manusia ini adalah seorang anak bernama Jake Chambers. Kenal ? 

Bagi yang sudah membaca buku pertama seri THE DARK TOWER: THE GUNSLINGER, maka akan tau siapa ini Jake Chambers. Dalam penarikan ini, kita akan terbagi-bagi dalam kesadaran Jake, Eddie, Roland, kelindan masa lalu, masa kini, semesta yang kita kenal, dan semesta asing. Pelan-pelan, kejelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu sejak buku pertama akan mulai terjawab, meskipun belum seluruhnya (ya abis bukunya kalau gitu).

ini yang dimiliki kampus saya

Dalam paruh kedua buku, tim Roland meneruskan perjalanan ke kota mengenaskan bernama Lud. Tujuannya adalah mencari kereta magis bernama Blaine the Mono. Kereta ini adalah semacam monster tekno yang mampu bergerak cepat dan diharapkan bisa menjadi tumpangan mereka menuju Dark Tower. Kenapa harus naik kereta ? Nah, ini panjang penjelasannya, baca aja yaaa.

Pencarian si kereta ini nggak ada gampang-gampangnya. Bukan kayak mau naik commuter line. Lud adalah 'the waste lands', tanah kengerian penuh kegilaan dan kebrutalan. Mau naik kereta mesti bunuh-bunuhan, dari neraka-melewati neraka dan menuju entah apa. Dalam buku ketiga ini, om King terasa sekali memasukkan elemen steampunk ditambah nuansa fiksi ilmiah yang makin kental. Dan ada penjelasan lebih lanjut mengenai masa lalu Roland, meskipun masih dihemat-hemat.

Seakan tidak cukup dengan elemen kejutan yang bervariasi, di akhir bagian akhir buku muncullah tokoh legendaris yang ternyata berkaitan dengan buku om King yang lain, bahkan dengan mitologi secara keseluruhan. Siapakah dia ?

Nah, silakan membaca sendiri. Yang jelas kisah ini semakin memikat dan membuat penasaran. Saga epik yang bikin hidup jadi makin pelik. Kita juga belum tahu lho kenapa itu menara jadi penting banget dan bikin terobsesi. Itu kayaknya di buku terakhir deh (dan jalan masih panjang karena bukunya ada delapan, walah).


“...I do not aim with my hand; he who aims with his hand has forgotten the face of his father. 
I aim with my eye.
I do not shoot with my hand; he who shoots with his hand has forgotten the face of his father.
I shoot with my mind.
I do not kill with my gun; he who kills with his gun has forgotten the face of his father.
I kill with my heart...”

- Roland Deschain -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...