"...Is it any wonder the power this man held over me - this man who did not run from his demons like most of us do, but embraced them as his own, clutching them to his heart in a choke-hold grip. He did not try to escape them by denying them or drugging them or bargaining with them. He met them where they lived, in the secret place most of us keep hidden. Warthrop was Warthrop down to the marrow of his bones, for his demons defined him; they breathed the breath of life into him; and without them, he would go down, as most of us do, into the purgatorial fog of a life unrealized..."
- William James Henry -
Ranah novel fantasi adalah dunia bacaan menyenangkan yang telah menemani saya sejak dini. Subgenre-nya yang multivariasi dengan berbagai level keseruan, membuat saya bertahan menjadi fans garis keras dalam kisah-kisah yang katanya cuma dongeng semata. Kali ini yang membuat saya terhibur dengan cara yang cukup kelam dan memualkan, adalah buku ketiga dari seri MONSTRUMOLOGIST, bikinan Rick Yancey dengan judul THE ISLE OF BLOOD, edisi terjemahannya berjudul PULAU DARAH, baru nongol beberapa hari lalu di toko buku.
Saya sudah mengikuti seri pekat ganjil ini sejak awal, yakni SANG MONSTRUMOLOGIS dan KUTUKAN WENDIGO (curhatannya di sini dan di situ). Kisah petualangan Will Henry bersama guru/mentor/wali-nya Dr.Pellinore Warhtrop yang sangat ahli dan mumpuni dalam bidang biologi menyimpang-monster, mengusung kegelapan-kegelapan yang semakin dalam, pekat, filosofis, dan tentunya tetap menggugah.