January 30, 2019

Hujan Darah

"...Is it any wonder the power this man held over me - this man who did not run from his demons like most of us do, but embraced them as his own, clutching them to his heart in a choke-hold grip. He did not try to escape them by denying them or drugging them or bargaining with them. He met them where they lived, in the secret place most of us keep hidden. Warthrop was Warthrop down to the marrow of his bones, for his demons defined him; they breathed the breath of life into him; and without them, he would go down, as most of us do, into the purgatorial fog of a life unrealized..."
- William James Henry -




Ranah novel fantasi adalah dunia bacaan menyenangkan yang telah menemani saya sejak dini. Subgenre-nya yang multivariasi dengan berbagai level keseruan, membuat saya bertahan menjadi fans garis keras dalam kisah-kisah yang katanya cuma dongeng semata. Kali ini yang membuat saya terhibur dengan cara yang cukup kelam dan memualkan, adalah buku ketiga dari seri MONSTRUMOLOGIST, bikinan Rick Yancey dengan judul THE ISLE OF BLOOD, edisi terjemahannya berjudul PULAU DARAH, baru nongol beberapa hari lalu di toko buku.

Saya sudah mengikuti seri pekat ganjil ini sejak awal, yakni SANG MONSTRUMOLOGIS dan KUTUKAN WENDIGO (curhatannya di sini dan di situ). Kisah petualangan Will Henry bersama guru/mentor/wali-nya Dr.Pellinore Warhtrop yang sangat ahli dan mumpuni dalam bidang biologi menyimpang-monster, mengusung kegelapan-kegelapan yang semakin dalam, pekat, filosofis, dan tentunya tetap menggugah.

Dalam kisah di PULAU DARAH, Dr.Pellinore Warthrop meninggalkan Will Henry dan pergi bersama asisten barunya, Awkwright nan brilian namun penuh tipu daya. Will Henry patah hati, merasa tidak diinginkan, marah sejadi-jadinya pada sang Doktor, dan akhirnya terpaksa menjalani kehidupan normal terbaik bagi anak biasa berusia tiga belas tahun tanpa kekelaman dan bau darah.

Dr.Warthrop mencari makhluk mitos yang disebut sebagai Thyphoes magnificus, dikenal dalam kalangan masyarakat rahasia monstrumolog sebagai semacam cawan suci yang diagung-agungkan Makhluk ini belum mampu diungkap oleh kalangan pembasmi kegelapan. Makhluk yang infeksius, dengan kengerian luar biasa dan dapat menimbulkan hujan darah sungguhan.

PULAU DARAH lebih banyak memunculkan konflik batin pada diri Will Henry dan Dr.Warthrop. Hubungan ayah-anak mereka yang ganjil, serta ada atau tidak belas kasihan dalam profesi mengerikan ini. Hingga suatu ketika, Awkwright pulang, membawa berita kematian sang Doktor, membuat Will Henry frustasi dan tidak percaya, lalu memutuskan untuk mencari satu-satunya orang yang membuat hidupnya terasa bermakna.

Perubahan-perubahan, kekejian, konspirasi internasional yang terkait kepada kedaulatan negara tertuang dalam buku ini. Bahkan kemunculan tokoh legendaris yang benar-benar ada di dunia nyata pada masa itu membuat rasa kisah ini berubah menjadi semacam historical fiction. Akan tetapi, kesalahan, kegagalan, penyangkalan, pengkhianatan, masing-masing muncul dalam konklusi yang mengubah jalan hidup sekaligus kepribadian Will Henry.

Rick Yancey begitu rapi menyusun kisah keji ini. Hujan darah sungguhan beserta potongan-potongan tubuh, hadir di sebuah pulau terpencil yang disusuri sang Doktor. Makhluk macam apa yang mampu menciptakan wabah mengerikan ini? Pertanyaan besar tersebut dijawab dalam paruh akhir kisah yang meruntuhkan arogansi dan kesombongan Dr.Pellinore Warthrop sehingga membuatnya menjadi pribadi yang lebih terlihat manusiawi dibandingkan kisah-kisah sebelumnya.

Bagaimana dengan Will Henry?
Will Henry yang telah terluka dan nyaris mati berkali-kali akhirnya akan berhadapan dengan ketakutan terbesarnya. Bukan monster yang menakutkan. Manusialah makhluk yang paling keji yang pernah menginjak bumi. Will Henry berhadapan dengan dirinya sendiri, dengan pilihan-pilihan, dan tentunya dengan segala bentuk konsekuensi.

Edisi terjemahan oleh Gramedia Pustaka Utama

Edisi terjemahan amat baik dengan sampul depan yang konsisten dan cakep kalau dijejerin dengan dua buku sebelumnya (kolektor, as usual). Petualangan kelam ini jelas tidak diperuntukkan untuk dibaca sambil makan, kecuali kalau memang tahan. Hujan darahnya terasa lengket dan memuakkan. Jelas bukan sekedar kengerian. Akan tetapi, jenis novel fantasi ini terasa berbeda dan memberi warna baru dalam hal kegelapan dan kepedihan yang saling tumpang tindih. Tidak menawarkan kejahatan dan kebenaran mutlak, tetapi hakikat kelam ilmu pengetahuan dan hasrat keji manusia.

Namun pada akhirnya, ketakutan-ketakutan terdalam dan tak terlihat yang mengisi jurang-jurang tergelap dalam jiwa manusia, jelas meninggalkan luka mendalam dibandingkan monster-monster berwujud nyata.

Menantikan dengan amat sangat edisi terjemahan dari buku keempat-sekaligus terakhir, THE FINAL DESCENT sesegera mungkin.


"...But hope is no less realistic than despair. It is still our choice whether to live in light or lie down in darkness...”
- Dr.Pellinore Warthrop -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...