January 6, 2019

Bermain dengan Takdir

“...Real life's nasty. It's cruel. It doesn't care about heroes and happy endings and the way things should be. In real life, bad things happen. People die. Fights are lost. Evil often wins...”
- Darren Shan -


Halo, 2019 sudah hadir !

Mengawali tahun ini, saya akhirnya menyelesaikan membaca sebuah seri alias saga yang sudah hits bertahun-tahun lalu. Tidak tanggung-tanggung, ada 12 buku, yang untungnya setebal Goosebumps. 6 buku saya selesaikan di 2018, dan sisanya baru kelar barusan. Pendapat keseluruhan: menarik.

Seri apa sih?

DARREN SHAN SAGA, adalah sebuah seri yang ditulis oleh Darren Shan dan terbit mulai dari tahun 1997-2004 di luar sana, sedangkan untuk edisi terjemahan, kelar 2010 lalu dalam bentuk tiga boxset berwarna merah, hijau, dan biru yang merupakan edisi langka incaran para kolektor novel fantasi. Saya seperti biasa, memperoleh seri ini dengan harga yang cukup rasional dari toko buku langganan. Tidak langsung dibaca, tetapi ditimbun dulu seperti biasa. Saat saya sedang libur begini, keinginan untuk menuntaskannya pun muncul, dan syukurlah saya berhasil.



Perhatian bagi pembaca, sedikit banyak curhat ini ada spoilernya, jadi bila tidak berkenan, boleh menyingkir.

Kisah diawali pada buku pertama berjudul CIRQUE DU FREAK. Sesuai judulnya, Darren Shan, abege ini berurusan dengan takdir yang panjang dan penuh darah saat terlibat lebih jauh dalam sirkus makhluk aneh yang muncul di dekat kotanya. Darren dan sahabatnya, Steve Leonard, mengalami malam yang mengenaskan dan menjadi bulan-bulanan kehidupan berat dalam hirarki makhluk malam, yang kita kenal sebagai vampir.

Deskripsi kehidupan vampir diawali oleh kehadiran seorang pria misterius (ternyata mantan jenderal vampir) bernama Larten Crepsley, anggota sirkus yang menjerat Darren. Darren akhirnya menjadi manusia setengah vampir dan berurusan dengan kehidupan vampir yang keras. Penjabaran kehidupan vampir di saga ini tidak seperti kisah-kisah vampir kebanyakan, tidak pula hadir dalam bentuk pria ganteng berlebihan dan berkilau-kilau, tetapi lebih kepada budaya dan tatanan yang kuat. Vampir berdiam di Gunung Vampir, tidak membunuh manusia, dan mengasingkan diri seperti spesies makhluk langka yang tidak ingin ikut campur dengan carut marut dunia.

Masalah muncul ketika seorang pria misterius lain, kecil dan manipulatif, bernama Mr Desmond Tiny menyebutkan takdir masa depan bahwa vampir harus bertarung dengan vampaneze, klan sepupu mereka. Mulailah perang dimulai. Belakangan diketahui bahwa Mr Desmond Tiny (Des Tiny, destiny, takdir), adalah makhluk kuno entah penyihir entah apa yang amat kuat dengan kemampuan penjelajahan waktu dan mengubah takdir mengikuti kehendaknya, dengan alasan mencengangkan. Mr Tiny adalah chaos-addict. Bosan dengan perdamaian dan keteraturan, sesederhana itu.


Saya tidak akan membahas satu-satu bukunya, tetapi cukup mengungkapkan poin-poin menarik dalam saga ini. Keputusan saya untuk tidak terlalu memihak tokoh-tokoh tertentu ternyata cukup membantu untuk melawan frustasi berkali-kali yang muncul akibat beraneka plot twist di kisah ini. Kasarnya sih, pakai aturan Game of Thrones saja, biar tidak terlalu kesal. Seri ini penuh darah dan cukup brutal. Ditambah semua tokoh adalah bidak-bidak dalam papan catur yang sudah diatur oleh takdir. Menarik sekali. Akhir kisahnya juga menarik. Bukan tipikal kisah dengan akhir bahagia gilang gemilang. Perjalanan melelahkan ini berujung kepada suatu konklusi yang menarik dan semacam diserahkan kepada pembaca. Tidak murni open ending, tetapi cukup berkesan.

Dari 12 buku, saya butuh usaha untuk melalui empat buku pertama yang belum begitu menggugah. Memasuki buku kelima dan keenam, situasi semakin menarik dan menegangkan. Favorit saya adalah KILLERS OF THE DAWN (Pembunuh Fajar), buku kesepuluh, karena memiliki ketegangan dan keributan yang menguras emosi. Sementara itu, tokoh yang saya idolakan, tak lain tak bukan adalah Mr Desmond Tiny. Sulit dijelaskan, tetapi tokoh ini menarik dan menyeramkan tanpa butuh kekerasan. Ditambah lagi, beliaulah yang mengatur semuanya, sedari awal. Menjalin pelan-pelan benang sutra takdir menjadi untaian kain berpola rumit dengan elemen kekacauan plus kegilaan yang tiada habis. 

gambar comot dari mbah G, edisi terjemahan diterbitkan oleh GPU


Satu hal yang saya syukuri adalah saya memiliki seri ini lengkap, sehingga tidak perlu merasakan penantian untuk membaca lanjutan dari buku satu ke buku selanjutnya. Akan mengganggu dan agak menyiksa, menilik akhir tiap buku yang hobi menggantung, baik dalam hal aksi maupun kebenaran yang menggoda. Well untunglah tuntas. Saya lega, dan DARREN SHAN SAGA adalah bacaan seru mengawali tahun yang baru.

Pesan moral, er, apa ya, mungkin kita sudah punya takdir masing-masing, tetapi masa depan adalah ketidakpastian. Kita bisa memilih, dan pilihanlah yang menentukan siapa kita, bukan kekuatan atau kekuasaan yang kita miliki. (ciye kok bijak, tenang, ini ngutip Prof Dumbledore kok).

Ada typo dan salah ketik dalam terjemahannya. Tapi yasudahlah, nikmati saja, tidak mengganggu jalan cerita. Buku-buku bikinan Master Shan yang lain ada sih, cuma ga kelar diterjemahin. Seri DEMONATA yang juga bergenre horor dan kurang mendapat sambutan positif dari pembaca dalam negeri. Tanya kenapa ya, entahlah. Mungkin dunia nyata sudah lebih horor dibandingkan kisah-kisah dalam cerita.

See you on next book, nerds !!

PS: rekomen untuk horor-fantasi ada bau-bau scifi, untuk pembaca 15 tahun ke atas ya, darahnya mayan sih.


"...But in life we don't usually get to choose the time of our defining moments. We just have to stand and face them when they come, no matter what sort of a state we're in..."


No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...