"...The thing is, if you go through life with just your own point of view, you're like that kid with glass eye. If there's something that's right up in your face, it looks really big - overwhelming even. But if you've got that parallax - if you've got that other point of view - you realize that there are bigger, much more important things that are far off toward the horizon. Once you focus on those things rather than the way up close, that close-up stuff becomes nothing more than a nuisance blocking the view..."
- Anthony Bonano -
Image courtesy: mundycruising.co.uk |
Awal 2021 bukanlah awal yang hingar bingar. Bergelut dengan mental declining yang cukup signifikan, saya sampai kehilangan hasrat untuk membabat beraneka timbunan yang sudah memanggil-manggil di ujung benak. Belum lagi keparahan penurunan tingkat produktivitas yang lumayan signifikan menyebabkan diri stagnan dalam mode berguling pasrah kesana kemari. Persis seperti bola bundar yang manut diseret gravitasi.
Oke cukuplah soal diri sendiri. Mari beranjak kepada kapal karam yang menjadi highlight dalam tulisan kali ini. Saya akan mencurhatkan buku pamungkas dari trilogi ANTSY BONANO bikinan Neal Shusterman berjudul SHIP OUT OF LUCK.
Melanjutkan dua buku sebelumnya, THE SCHWA WAS HERE dan ANTSY DOES TIME yang memberikan kesenangan di luar ekspektasi saya (bisa di cek di tulisan yang ini), lagi-lagi saya dikejutkan oleh 'kedalaman' dan variasi masalah dalam buku pamungkas yang mampu membuat saya tertawa sekaligus berpikir dalam sudut pandang lain. SHIP OUT OF LUCK mungkin menyajikan ketidakberuntungan tokoh utamanya, tetapi ada isu lain yang disodorkan si penulis dengan cara menonjok benak beku ini.
Kali ini Antsy dan keluarganya diundang oleh si tua eksentrik kaya raya, Crawley, untuk ikut dalam acara ultah ke-80 si milyuner eksentrik. Ya namanya horang kayah ya, acaranya itu pergi liburan semingguan di kapal pesiar super mevvah di suite eksklusip sambil menikmati pemandangan di sepanjang Lautan Karibia. Crawley yang tsundere ini pengen menghabiskan liburan ulang tahun dengan mengundang orang-orang yang 'kurang menjengkelkan', seperti Antsy dan keluarga. Diselingi drama keluarga Bonano, akhirnya pergilah Antsy sambil membawa temannya, si Howie sebagai anggota keluarga tambahan.
Bukan Antsy namanya kalau nggak mengundang keributan. Di kapal pesiar ini, Antsy bertemu dengan cewek misterius bernama Tilde, menjalani beraneka kofrontasi seru, sampai pada akhirnya Antsy menjadi selebritis internasional. Sungguh suatu perjalanan yang gila-gilaan. Saya entah kasihan entah ketawa sama nasib si Antsy ini. Emang dia beruntung banget atau sial ga ketulungan, ya entah ya. Tergantung sudut pandang pembaca.
Ini yang saya punya, seconhand hasil nikung temen |
Dengan berupaya untuk tidak memberikan spoiler, saya menjabarkan beberapa poin menarik dalam buku pamungkas ini. Poin pertama, Antsy jelas Gryffindor tulen. Memiliki kontak erat dengan beraneka masalah dan tanpa ragu nyemplung menyelesaikannya dengan keributan. Antsy punya hati yang baik dan meskipun telat, dia cukup peka terhadap kondisi orang-orang di sekitarnya. Kualitas yang bikin naksir.
Poin kedua, kita diajak melongok pada masalah kependudukan dan kemiskinan di Amerika Serikat, termasuk dalam hal human smuggling dan kesenjangan ekonomi yang terlalu timpang pada daerah pariwisata. Nah, untuk negara yang seadidaya itu, urusan imigrasi, kemiskinan, penduduk ilegal masih menjadi masalah kronis. Keributan terkini di negeri Paman Sam, terutama soal rasisme, sepertinya masih menjadi salah satu ujung gunung es yang belum dapat penyelesaian bijak. Bukan pakar terkait politik kenegaraan Amerika sih, tapi saya yakin sekali, Amerika bukan berdiri atas satu warna kulit dan kebangsaan saja. Jebakan birokrasi imigrasi, regulasi, batas negara, dan segala macam menjadi problem panjang yang entah kapan kelarnya. Di negara kita gimana? Oh wallahualam (nggak mau sok tau nanti keliatan bodohnya)
Poin ketiga, masalah hubungan interpersonal. Di sini kita lagi-lagi diajak melihat hubungan sederhana tapi rumit yang terjadi dalam keluarga Antsy, antara Antsy dan si tua Crawley, Antsy dan sahabatnya Lexie, Antsy dan Howie, Antsy dan wanita pada umumnya, serta Antsy dengan dirinya sendiri. Banyak hal-hal yang mungkin luput dalam keseharian kita saat kontak dengan orang terdekat, nyatanya berpengaruh dalam hal yang lebih besar. Setiap orang punya masalah. Diri pribadi pun juga bermasalah. Namun terkadang, kita lupa mengubah sudut pandang. Hanya pandangan mata sendirilah yang kita anggap penting untuk diperhitungkan.
Poin terakhir, tentu soal keragaman. Meskipun tidak dikupas lebih dalam, Antsy yang macam filsuf abege ini, menampilkan kondisi yang multietnis di sekitarnya. Saya amat menghargai upaya Shusterman menghadirkan realitas dengan lebih baik dalam bahasa remaja ini. Perbedaan agama, identitas seksual, isu disabilitas, kebangsaan, bahkan politik, dihadirkan dalam buku ini. Mungkin tidak banyak, tapi jelas ini adalah suatu upaya yang baik untuk mempersuasi pembaca bahwa kita bisa berupaya hidup damai meskipun punya teman beda asal usul. Tidak semua harus diributkan. Terakhir saya tau, darah masih sama merah. Kromosom pun masih 23 pasang untuk Homo sapiens. Entah ya kalau yang doyan menghakimi punya kromosom lebihan.
SHIP OUT OF LUCK adalah penutup yang menyenangkan. Dengan sedikit kejutan di akhir buku, saya mengakui bahwa membaca keributan Antsy memberikan perasaan hangat yang sempat hilang dari saya selama berminggu-minggu terakhir. Melodrama mungkin, tapi ya begitulah adanya. Buku ini juga nyablak dengan quotable. Menyenangkan dan tidak bikin mabuk laut.
Jadi, meskipun kapalnya karam, mungkin kita masih bisa ketawa karena hidup terus jalan.
Recommended? OH TENTU SAJA. Bagi yang nggak ngikutin buku-bukunya Shusterman sebelumnya tidak menjadi masalah. Kelakuan Antsy Bonano dipaparkan ringan dan mampu mengembalikan senyuman.
"... It's like we have to put people into boxes, because our brains aren't big enough to make every person a person. So we put them all into boxes and then we got to decide whose box we're going to open. We gotta be careful though, because if we open everybody's box, we'll go crazy..."
- Neal Shusterman -
No comments:
Post a Comment