April 11, 2020

Mungkin Kita Memang Tidak Sendirian


“...The universe is a pretty big place. If it's just us, seems like an awful waste of space...”
- Eleanor Arroway -


Astronomi selalu menarik. Selalu. Ketika melihat langit luas dalam situasi saat ini di mana polusi sudah berkurang drastis yang menyebabkan bintang-bintang bisa terlihat, pasti pernah terlintas dalam pikiran: apakah kita benar-benar sendirian? Apakah Bumi memang satu-satunya?

Well. Ratusan kisah dalam budaya populer kita telah menghadirkan beraneka cerita menarik mengenai kehidupan lain di luar Bumi yang kita kenal. Segala jenis kisah alien hadir mengisi kesibukan duniawi kita. Menghibur terutama. Sementara itu kita harap-harap cemas, benarkah propaganda industri hiburan ini nyata adanya? Apakah penampakan umum makhluk kehijauan berkepala lonjong itu memang akan hadir di kehidupan nyata? Apakah mereka sudah ada dan berbaur? Apakah berbagai video amatir penampakan UFO itu benar adanya?

CONTACT, adalah novel fiksi ilmiah bikinan mendiang Carl Sagan, seorang astronom ternama yang telah menelurkan buku-buku astronomi dan populer seperti COSMOS, DEMON-HAUNTED WORLD, PALE BLUE DOT, dan banyak lagi. Beberapa waktu lalu, CONTACT akhirnya hadir dalam edisi bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Dan tentu masuk daftar bacaan saya yang sudah nge-fans sejak membaca dua buku beliau beberapa tahun lalu (cek ini dan ini).

Bila seorang astronom dan kosmologis handal menulis fiksi ilmiah mengenai alien, kerasa banget 'keilmuan'nya yang mumpuni dan tidak drama berlebihan. CONTACT adalah novel yang tidak hingar-bingar namun berhasil menuntun perenungan mendalam mengenai banyak aspek dalam kehidupan yang selama ini ada dan kita terima begitu saja tanpa banyak pertanyaan.

Dr.Eleanor 'Ellie' Arroway adalah seorang astronom yang mendedikasikan hidupnya pada institut bernama Search for Extra Terrestrial Intelligence (SETI). SETI ini memang ada di dunia nyata. Bagian dari proyek NASA yang mungkin dianggap mengada-ngada. Ngapain sih repot-repot kirim transmisi radio ke entah mana di jagad raya. Siapa yang dituju? Mau berharap apa?

Sagan mengawali novelnya dengan isu feminisme yang pekat. Tentang diskriminasi yang diterima perempuan dalam urusan sains. Mengapa masyarakat banyak menuntut dan merasa tidak pantas ketika perempuan memilih belajar dengan gigih, banyak tanya, dan sekolah tinggi-tinggi, bukannya menikah dan punya anak saja. Damn, this is really relatable!! Dalam lembar awal novelnya ini, Sagan mengungkapkan 'ketidakadilan stereotype' yang menimpa kaum hawa. Betapa tidak pantasnya pandangan awam kalau perempuan ngotak-ngatik mesin radio, seperti kali pertama yang Ellie lakukan di masa kecilnya.

Kegigihan Ellie (beserta kecerdasannya) membawanya dalam rombongan ahli astronomi radio yang didominasi para pria. Jatuh cinta Ellie terdalam ada pada frekuensi gelombang radio, pada ilmu pengetahuan. Dan ini menuntun Ellie pada penemuan pertama sinyal radio dalam bentuk deret bilangan prima yang dipancarkan dari bintang kembar Vega menuju planet kita.

Kontak pertama ini tidak hingar bingar, deret bilangan prima ini membutuhkan waktu untuk diterjemahkan. Nah di sini lah saya merasakan betapa realistisnya tulisan Sagan dalam sebuah novel fiksi. Usaha pemaparan maksud pesan ini butuh waktu, bahkan upaya mengumpulkan pesannya pun. Implikasi politik antar negara pun muncul. Amerika awalnya merasa ini untuk Amerika saja, karena pesan ditangkap pertama kali oleh fasilitas kompleks SETI di wilayah Amerika. Namun Sagan, dalam wujud seorang Dr.Ellie Arroway, menampar para penguasa dengan menyatakan fakta sederhana: 'Siapapun kehidupan cerdas di luar sana yang memberikan pesan, mereka melihat Bumi, menyampaikan untuk Bumi ini, bukan hanya satu negara. Mereka tidak peduli soal keributan kita di sini. Pengkotak-kotakan ini. Mereka memberi pesan untuk Planet Biru ini. Tidak mau tau urusan pembagian dunia yang diributkan selama ini.'

Edisi terjemahan oleh Gramedia Pustaka Utama


Implikasi sebuah pesan dari kehidupan lain ini dipaparkan Sagan dengan realistis. Berbagai situasi dalam beraneka kacamata hadir. Politik, sains, kebudayaan, dan agama tentunya. Keributan, ramalan, asumsi, dugaan, hadir menimbulkan kubu-kubu baru dalam tatanan masyarakat. Sementara itu para pemimpin dunia harus mematuhi ilmuwan untuk mengesampingkan ego demi mendapatkan pesan yang utuh dan bisa diterjemahkan.

Hampir dua belas tahun usaha untuk memecahkan pesan ini. Hasilnya? Sebuah cetak biru mesin berbentuk dodekahedron yang aneh lengkap dengan rincian detailnya. Mesin buat apa? Apa yang dituju? Spekulasi hadir. Mesin pembawa kiamat, Mesin terkutuk, Mesin waktu, dan entah apa lagi.

Untuk kali pertama, masyarakat ilmiah terpaksa bersatu kembali dalam menanggapi urusan mesin ini. Dan ketika mesin ini telah jadi, mereka harus memilih lima orang delegasi bumi yang akan duduk di dalam mesin. Ribut-ribut lagi. Namun akhirnya Kelompok Lima terpilih, setelah insiden sabotase yang merenggut nyawa. Ellie masuk dalam Kelompok Lima, bersama ilmuwan Rusia, pemenang nobel sains asal Nigeria, pengusaha China, dan astronom mikrobiologis asal India.

31 Desember 1999 Mesin dinyalakan.

Ellie dan keempat koleganya menempuh perjalanan tak terbayangkan melipat jarak dan waktu yang digambarkan Sagan dengan ramuan deduksi fisika kuantum plus rekaan jembatan Einsten-Rossen yang mendebarkan. Begitu 'sampai', apa yang ditemukan Ellie dan rekan-rekannya sungguh di luar bayangan. Pengalaman ini mereka tuturkan ketika kembali. Yang sayangnya tidak seperti harapan para penanti di Bumi.

CONTACT adalah novel fiksi ilmiah yang 'berat'. Tebalnya tidak sampai 500 halaman, tapi pesannya banyak sekali. Lama saya tercenung, kadang tertawa akibat kebodohan manusia. Atau malah miris sendiri karena benar adanya. Relasi antara paparan dalam novel ini dengan kondisi dunia nyata kita saat ini sangat tak terbantahkan. Keributan di titik biru pucat ini mungkin tidak terlihat penting bagi apapun entitas lain di jagad raya mahaluas ini. Relativitas.

Mungkin kita memang tidak sendirian. Namun saat ini mungkin karena kita merasa sendirianlah kita bisa jumawa petantang-petenteng kesana kemari dengan ulah destruktif kita masing-masing yang telah merusak planet biru lebih jauh. Tapi jutaan tahun cahaya dari sini, bila memang ada yang melihat, mungkin hanya melihat kelipan titik biru pucat di suatu lokasi dalam galaksi Bima Sakti. Tidak penting.

CONTACT sekali lagi memaparkan pertentangan agama versus sains yang krusial. Membaca novel ini memang mesti lapang hati. Penuturan realistis dalam fiksi ilmiah ini jauh lebih nendang bagi saya dibanding celoteh motivasi. Sungguh, kontak ke dalam mungkin diperlukan. Melakukan kontak ke diri pribadi dan melihat lagi apa yang sudah diperbuat.

Highly recommended.


“...We all have a thirst for wonder. It's a deeply human quality. Science and religion are both bound up with it. What I'm saying is, you don't have to make stories up, you don't have to exaggerate. There's wonder and awe enough in the real world. Nature's a lot better at inventing wonders than we are...”
- Carl Sagan -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...