May 1, 2021

Jejak Ingatan (The Invisible Life of Addie LaRue - VE Schwab)

 “...Because time is cruel to all, and crueler still to artists. Because visions weakens, and voices wither, and talent fades.... Because happiness is brief, and history is lasting, and in the end... everyone wants to be remembered...”

- Adeline LaRue -

Image courtesy: Julia Lloyd

Kita hidup dalam ingatan orang lain dalam berbagai kisah dan citra. Dalam beberapa hal, kita senang sekali bisa diingat dan menjadi penting. Namun, ada kalanya muncul keinginan absurd untuk memulai segalanya dari awal, di waktu dan tempat baru tanpa ada satu orang pun yang kenal. Menarik? Bisa jadi. Namun, apabila diberi kesempatan untuk tidak terdeteksi dalam jejak ingatan siapapun, bebas kesana kemari bahkan tak memiliki ikatan waktu, apakah itu akan jadi kutukan atau anugerah?

THE INVISIBLE LIFE OF ADDIE LARUE adalah novel standalone terkini buah karya VE Schwab, si mbak rock n roll yang belakangan masuk ke dalam daftar saya. Novel setebal 400an halaman lebih ini mengisahkan petualangan seorang wanita bernama Adeline (Addie) LaRue yang hidup sangat lama (3 abad) dari Villon, Prancis hingga New York, US. Hidup yang tidak diingat sama sekali oleh siapa pun kecuali oleh si pemberi perjanjian. Dewa yang menjawab dalam kegelapan.

Semua diawali oleh ketidakpuasan Addie terhadap hidupnya di desa kecil, Villon di tahun 1714, masa dimana wanita cuma mengikuti apa yang menjadi standar awam. Pada usia 23 tahun, Addie dipaksa menikahi seorang duda beranak tiga karena di desa cuma dia yang masih available dan cukup umur. Ya begitulah ya. Addie enggan sekali (oh I really could understand her feeling). Addie berjiwa bebas, ingin melihat dunia lebih jauh, dan tidak merasa perlu diikat oleh pernikahan yang tidak diinginkan. Addie ingin kebebasan. Dan saat kabur dari pernikahannya, berlari ke hutan, menangisi nasibnya, sesosok makhluk menawarkan perjanjian. Addie menjadi semacam abadi, tapi harga yang harus dibayar cukup mengenaskan. Addie tidak akan diingat oleh siapapun, tidak akan tercatat, dan akan langsung dilupakan.

Maka mulailah perjalanan panjang Addie dimulai, kesana kemari tanpa tujuan, hanya sesekali ditemani kedatangan singkat sang pemberi perjanjian, sebut saja Luc, yang menawarkan untuk mengakhiri kutukan diganti dengan jiwa (ya harganya pasti mahal ya). Menjadi saksi beraneka peristiwa bersejarah sambil berupaya meninggalkan jejak ingatan dalam bentuk inspirasi karya seni. Hal yang mungkin luput dari genggaman perjanjian Luc.

Namun, setelah hampir tiga abad melanglang buana seperti kabut, Henry Strauss, pria penjaga toko buku kecil di sudut kota New York, berhasil mengingat Addie. Maka dimulailah kelindan kehidupan Addie bersama Henry, disaksikan oleh Luc yang tidak sekadar membawa kegelapan.

Ini edisi yang saya punya dari Titanbooks

THE INVISIBLE LIFE OF ADDIE LARUE adalah novel fantasi dewasa yang berbeda dari karya mbak Schwab yang sudah saya baca (TRILOGI A DARKER SHADE OF MAGIC, DUOLOGI VILLAINS, dan NEAR WITCH). Karya si mbak yang sebelumnya penuh adrenalin dan aksi heroik, sedangkan kisah Addie lebih lambat, tenang, menghanyutkan. Lebih ke perjalanan personal yang hening dengan tokoh yang kesepian. Agak mengingatkan saya dengan tulisan panjangnya om Neil Gaiman (kebetulan penulis favorit si mbak juga). Kisah Addie dituturkan bolak-balik dari 2014 dan masa lalu di beraneka tempat, mengajak pembaca untuk berjalan-jalan, bertemu beraneka tokoh sejarah, dan punya hawa 'menenggelamkan' yang sukses membawa saya 'pindah' tempat tanpa perlu beranjak. Artsy juga. Bukan bacaan yang hingar bingar tetapi lebih kepada perjalanan kesepian nyaris tiga abad dari seseorang yang hanya ditemani dewa kegelapan dan dilupakan oleh jejak ingatan orang-orang.

Membaca kisah Addie ini tidak perlu buru-buru, seperti mendayung perahu sendirian di danau yang tenang sambil melihat langit berbintang. Indah namun menakutkan. Saya tidak yakin soal interpretasi tunggal pembaca selama menekuni kisah ini. Tetapi, bagi saya pribadi, kisah ini dituturkan dengan baik dan mampu menjerat perasaan. Padahal elemen romansanya lumayan, dan saya tidak merasa iyuh.

THE INVISIBLE LIFE OF ADDIE LARUE adalah kisah perjalanan yang panjang dan mampu membuat pembacanya merenungi keberadaan diri sendiri dalam ingatan orang-orang terdekat. Mungkin akan menyenangkan kalau kita benar-benar bebas memilih jalan hidup, tetapi dilupakan begitu saja adalah harga yang cukup mahal bagi makhluk sosial pecinta pengakuan macam kita. Seperti omongannya Einstein, sesuatu itu ada kalau ada yang mengamatinya. Kalau tidak ada pengamatnya, tidak benar-benar ada. Noh, pening kan.

Saya merekomendasikan buku ini bagi pembaca novel fantasi dewasa yang butuh bacaan lambat menghanyutkan. Dewasa sekali tentu saja (21+ mungkin), kontennya mayan sesuatu ya seperti khasnya mbak Schwab. Soalnya kalau yang baca agak prejudice mungkin agak sulit menikmati kisah ini. Penulisnya memang menyelipkan banyak hal-hal kontroversial yang mungkin tidak selalu diterima oleh dunia penuh penghakiman ini. Namun, bagi saya buku ini tetaplah berkesan dengan penuturan yang indah. Karena sejatinya, kita juga punya perjalanan hidup masing-masing yang entah bagaimana punya kepingan yang terwakili dalam kisah ini.

Semoga tertarik ya. Saya ga tau bakal diterjemahkan atau tidak. Edisi bahasa Inggrisnya cukup mudah dicerna dan luwes (kata saya). Dan memang, kita harus berhati-hati pada setiap keinginan. Ada harga yang harus dibayar. 


“...they say people are like snowflakes, each one unique, but I think they’re more like skies. Some are cloudy, some are stormy, some are clear, but no two are ever quite the same...” 

- VE Schwab -

No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...