July 21, 2017

In The End, It Doesn't Even Matter

And I'll be sorry for now
That I couldn't be around
Sometimes things refuse
To go the way we planned
Oh I'll be sorry for now
That I couldn't be around
There will be a day
That you will understand
You will understand

After a while you may forget
But just in case the memories cross your mind
You couldn't know this when I left
Under the fire of your angry eyes
I never wanted to say goodbye




Setelah tidur telat gegara Bram Stoker semalam, pagi ini saya dikejutkan oleh berita sedih mengenai berpulangnya seorang vokalis band alternatif - Linkin Park, Chester Bennington dalam usia 41 tahun. Yang menjadi penyebab kesedihan saya sebenarnya adalah cara kematian mendiang. Yep, suicide.
Kesehatan mental adalah suatu topik tersulit dalam dunia medis, sejauh yang saya akui dan pahami. Seperti yang pernah saya sebutkan dalam beberapa curhatan lain, tidak ada yang tau pasti dimana 'jiwa' itu berada. 'Penyakit' ataupun 'gangguan' yang mendera jiwa seseorang tidak bisa diatasi sesimpel meresepkan antibiotik untuk pasien infeksi bakteri. Ranah kesehatan mental bergelut dengan banyak ketidakpastian, mulai dari mendiagnosis sampai memikirkan terapi.


Depresi yang dialami mendiang Chester Bennington sudah ditanggung sekian lama. Beliau diketahui telah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA untuk mengatasinya, berusaha mengenyahkan zat-zat tersebut, bertahan dengan up and down karir di belantika musik internasional, masih menelurkan karya (terbaru adalah album One More Light di awal tahun 2017 ini, yang ternyata begitu 'sendu' dan dianggap kurang Linkin), dan menjadi ayah untuk enam orang anak. Seperti halnya kasus mendiang Robin Williams (Mrs.Doubtfire, Patch Adams, Dead Poet Soeciety, dan berbagai pilem heartwarming lainnya), depresi menggerogoti Chester sedemikian rupa sampai berujung kepada keputusan untuk mengakhiri hidup.

Problem kesehatan mental ini mengingatkan saya pada salah satu kisah depresif dalam kumpulan cerpen JUST AFTER SUNSET bikinan om Stephen King yang baru saja saya selesaikan beberapa hari yang lalu. Dalam cerpen (novela sih kayaknya) berjudul N. itu, seorang pasien berkonsultasi dengan psikiater handal mengenai masalah obsesif-kompulsif dan halusinasi yang menggerogoti usia paruh bayanya. Si psikiater memberikan perumpamaan mengerikan namun tepat tentang kasus ini, dimana orang-orang dengan gangguan ini menjadi semacam daging bernyawa yang dipatuki burung bangkai tak kasat mata, sedikit demi sedikit, hingga habis tak bersisa. Kisah N. ini berakhir tragis, khas om King, namun cukup intriguing. Membuat saya terngiang-ngiang, bahwa nyatanya, apa yang tampak di luar, belum tentu mewakili perang yang terjadi di dalam.

edisi terjemahan oleh Gramedia Pustaka Utama

Bukannya saya mau menyama-nyamakan, coincidence ? I don't think so. Percaya nggak percaya, saya juga pernah menghadapi kasus depresi dan keinginan bunuh diri. Lantas bagaimana kelanjutannya ? Yah, itu cerita untuk di lain hari. Yang jelas, sulit, sungguh sulit.

When it hurts, it hurts. Di jaman curhat dibilang baper dan empati dibilang modus ini, sudah diyakini bahwa peningkatan angka gangguan jiwa dengan berbagai model sudah jelas terjadi. Tampaknya di generasi kini, sangat sulit menerapkan sikap be nice, everyone you meet has their own battle. Saya sendiri malah cenderung memilih abai, entah karena untuk melindungi diri sendiri, atau memang pada dasarnya tidak peduli.

Lagu-lagu Linkin Park sejak awal kemunculan menjadi pengantar saya untuk mengenal musik yang cukup 'keras' di era ke-alay-an abege jaman awal 2000an dulu. Tidak dapat dipungkiri, sama halnya dengan saga Harry Potter, i kinda grew up with their songs. Meskipun lagunya banyakan teriak-teriak, tapi boleh dicermati liriknya yang dalam, mulai dari CRAWLING hingga SORRY FOR NOW yang saya tampilkan di awal tulisan nirfaedah ini.

Tidak ingin berpanjang-panjang, saya cukup berkaca-kaca ketika menulis ini. Cukuplah kejadian ini menjadi pengingat, bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dan mulailah belajar sedikit demi sedikit berempati. Depresi itu nyata dan berbahaya. Bagi yang tidak merasakan, bersyukurlah. Bagi yang mungkin merasa, please..seek for help. Seperti salah satu episode dalam seri House (favorit saya), dimana seorang dokter paling ceria dan jahil di tim House ditemukan menembak diri sendiri di apartemennya, ini mengingatkan saya, bahwa semua tidak seperti kelihatannya. When it hurts, it hurts.

Semoga kesedihan ini tidak berlanjut. Thanks for the memories, dear Chester...

I dreamed I was missing, You were so scared
But no one would listen...'Cause no one else cared

After my dreaming...I woke with this fear
What am I leaving...When I'm done here?


So if you're asking me, I want you to know
 
When my time comes...Forget the wrong that I've done
Help me leave behind some reasons to be missed
And don't resent me, and when you're feeling empty
Keep me in your memory...Leave out all the rest


Don't be afraid...I've taken my beating...I've shared what I've made
I'm strong on the surface...Not all the way through
I've never been perfect, but neither have you


Forgetting all the hurt inside you've learned to hide so well
Pretending someone else can come and save me from myself
I can't be who you are...


When my time comes....Forget the wrong that I've done
Help me leave behind some reasons to be missed
Don't resent me, and when you're feeling empty
Keep me in your memory...


Leave out all the rest
Leave out all the rest


- Linkin Park -


No comments:

Post a Comment

The Long Conversation With You

  “The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it..." - Lois Lowry Hi Mas, it's been a while...