Banyak yang mesti
disyukuri dalam hidup, ini salah satu contohnya.
Jadi
saya kembali menulis, curhat sih sebenarnya. Soal perjalanan singkat saya dalam
rangka misi mengantar adik saya ke kota di seberang pulau. Tidak naik unicorn
kali ini. Saya baru setahun kurang mengendarai unicorn sendiri, nggak punya
stamina buat sejauh itu, belum lagi jadwal dunia nyata saya yang tidak bisa
lama-lama ditinggal. Maka dengan titah dan dukungan material dari kedua bos
besar di rumah, saya dan si adik ababil berangkat.
Standar
ya, burung besi delay sejam lebih. Nah, kebodohan saya dan si adik, sebut saja
namanya Rem, kami menonaktifkan alat komunikasi segera setelah masuk ruang
tunggu, karena nggak bawa cadangan baterai dan lupa mengisi baterai perangkat
telekomunikasi tersebut. Walhasil, kedua orangtua bocah-bocah labil ini panik.
Dan begitu sampai di ibukota, saya dimarahi. Saya tau, ini marahnya
kekhawatiran, karena dua anak gadis kece ke kota besar seberang samudra, trus
penerbangannya kok lama banget, menimbulkan asumsi di kepala mama saya. Yang
jelas-jelas mewariskan sifat cerewet, dan too much worrying things-nya pada
saya. Yah, mungkin seharusnya saya naik naga saja. Tetapi saya nggak bakat,
nggak punya naga, dan kebetulan si Rem nggetokin kepala saya (adik durhaka)
menyuruh saya berhenti berkhayal.
Setelah
mengisi perut superkilat, ditambah dengan lari-larian mengejar bison biru
bermerk DAMRI dengan jurusan ke kota calon kampusnya Rem (jangan dibayangkan
nyeret-nyeret bawaannya yang banyak, menyedihkan dan menggelikan kalau
dilihat), akhirnya dalam perjalanan berdurasi sekitar dua jam kurang sedikit
(yang dihabiskan dengan tidur), kami sampai di kota yang terkenal dengan
talasnya tersebut.
Kesan
pertama, MACET. Setelah berganti dengan menumpang sebuah sedan James Bond, yang
kebetulan supirnya setara kemampuannya seperti Dominic Toretto (ayolah, sedikit
banyak pernah ngintip Fast and Furious kan ya), tapi tidak botak, kami dibawa
melewati jalur-jalur tak biasa menghindari kemacetan. Meskipun akhirnya tetap
terjebak macet juga. Si supir bilang, ini efek weekend, kunjungan presiden, dan karena pendatang baru dan
rombongan sejenis Rem mulai bermunculan.
Sampai
di penginapan di dalam kampus, istirahat singkat, saya dan Rem memutuskan
jalan-jalan melihat kampus barunya. Nah, saya suka, adem, banyak pohonnya
(semoga nggak banyak setannya), dan enak buat jalan kaki. Rem udah excited
banget. Sedangkan saya lebih excited lagi karena saya bakal liburan mendadak ke
kota selanjutnya segera setelah urusan bocah ini kelar.
Ini dia adik saya, agak manis sedikit, lebih manis saya pastinya |